Selasa, 27 Desember 2011

MASA PEMELIHARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI


MASA PEMELIHARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Guna meningkatkan kualitas pekerjaan konstruksi pada Dirjen Bina Marga maka diterbitkan surat edaran yang mengatur mengenai masa pemeliharaan pada pekerjaan konstruksi  jalan, yang semula 1 (satu) tahun menjadi 2 (dua) tahun terkecuali untuk pekerjaan yang pekerjaan utama nya konstruksi jembatan.Hal ini sanggat bagus menginggat banyak pekerjaan yang terkesan asal-asalan di mata masyarakat. Dimana usia jalan yang diharapkan kadang tidak terpenuhi. Padahal usia jalan banyak factor yang mempengaruhi, misal nya Muatan Sumbu Terberat (MST) apalagi jika ada nya jembatan timbang yang kurang berfungsi dengan baik. Adapun surat edaran tersebut dapat di lihat pada :
Download Disini




Abdur Rahman
Read More..

Rabu, 14 Desember 2011

Sistem Pelelangan Pengadaan Barang dan Jasa Pemborongan

Pada tahun 2012 ini Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Lampung mengadakan Lelang dengan fulleproc sebagaimana untuk menerapkan sistem lelang yang transparan dan meminimalisir akan Larangan Korupsi,Kolusi, danNepotisme (KKN)serta Persekongkolan antar penyedia jasa. anda bisa melihat paket yang dilelangkan pada tahun 2012 ini
Klik Disini
Read More..

Penggunaan Sistem Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sistim pondasi jalan tanpa penutup adalah merupakan sistim konstruksi perkerasan jalan yang tidak menggunakan lapisanan permukaan/lapis penutup seperti Aspal Beton, Penetrasi Macadam dll, tetapi hanya menggunakan agregat (kerikil/pasir) pada lapisan permukaanya, direncanakan sedemikian rupa dengan memperhitungkan ketebalan dan sistim pengaliran airnya sehingga konstruksi ini akan mampu memikul beban serta tahan terhadap pengaruh cuaca. Untuk pelaksanaan pembuatan jenis konstruksi ini sangat mudah dan tidak membutuhkan peralatan yang rumit maupun penggunaan alat-alat berat. Penggunaan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini dianjurkan untuk kondisi lalu lintas ringan, sehingga penggunaan sistim ini adalah merupakan suatu altematif pilihan untuk pembanguanan jalan dengan biaya murah tetapi relative tahan terhadap cuaca sehingga sangat sesuai untuk pembuatan jaringan jalan di pedesaan.

Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada,semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas, baik arus pergerakan barang maupun manusia. Khusus didaerah pedesaan masih banyak yang belum menyadari akan pentingnya kondisi dari permukaan jalan ini terbukti karena masih banyaknya jalan-jalan didaerah pedesaan yang kondisinya rusak berat seperti adanya lobang-lobang dan amblas pada permukaan jalan tersebut terutama diwaktu musim hujan. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena pada umumnya permukaan jalan tersebut tidak diberi lapisan permukaan yang mampu memperkecil pengaruh air terhadap badan jalan. Untuk membuat suatu lapis permukaan/penutup seperti Aspal Beton atau yang lainnya akan membutuhkan biaya yang relatif mahal sehingga hal ini tidak dapat dilaksanakan karena pada umumnya dana untuk pembangunan jalan pedesaan terbatas.

I.2. Maksud danTujuan
Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengupas masalah pemakaian sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup pada jalan dipedesaan karena untuk pembangunan jalan dengan menggunakan jenis konstruksi ini tidak membutuhkan biaya yang mahal karena bahan yang akan dipergunakan umumnya dapat menggunakan bahan setempat seperti pasir dan kerikil. Jenis konstruksi ini juga cukup mampu untuk memikul beban kenderaan serta menghindarkan kerusakan badan jalan yang diakibatkan oleh pengaruh air terutama diwaktu musim hujan.

I .3. Permasalahan
Lapis pondasi tanpa penutup termasuk dalam sistim perkerasan lentur sehingga untuk pembahasannya terdapat banyak masalah, permasalahan permasalahan tersebut antara lain:
- Perhitungan tebal lapis pondasi
- Proses pembuatan rencana campuran kerja (job mix formula ).
- Proses pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
- Proses pemadatan.
- Pengendalian mutu ( Quality control ).
- hal -hal yang berkaiatan dengan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
- Keadaan lokasi/medan yang akan dikerjakan.
- analisa biaya yang akan digunakan dalam perhitungan biaya bahan serta biaya pelaksanaan pekerjaan.

I.4. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan seperti yang telah diuraikan diatas maka penulis akan menyederhanakannya yaitu dengan mengadakan pembatasan masalah, jadi dalam hal ini penulis hanya akan membahas topik masalah mengenai pemakaian sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup yang meliputi keuntungan-keuntungan penggunaan sistim pondasi tersebut, macam-macam lapis pondasi tanpa penutup yang ada, masalah persyaratan atau spesifikasi bahan dan metode pelaksanaan I cara kerja dilapangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seperti diketahui bahwa kondisi permukaan jalan adalah sangat rentan terhadap pengaruh adanya air. Permukaan jalan tanah misalnya, akan sangat keras bila musim panas dan sanggup menahan kendaraan berat seperti truck dengan beban yang berat sekalipun tanpa terjadi amblas. Tetapi bila terjadi hujan dan air hujan tersebut telah meresap kedalam tanah maka permukaan jalan yang tadinya keras, akan berubah menjadi lunak sehingga tidak dapat lagi menahan berat kendaraan, apabila kendaraan dipaksakan melewatinya maka roda kendaraan akan amblas masuk kedalam tanah sehingga lambat laun jalan akan rusak.

Dengan berkembangnya teknologi konstruksi jalan maka untuk menghindarkan hal tersebut, permukaan jalan pada umumnya diberi lapis penutup/lapis permukaan, dimana fungsinya selain untuk memberikan kenyamanan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menghindari pengaruh air terutama diwaktu musim hujan. Bahan konsrtuksi lapisan penutup/lapisan permukaan tersebut dapat terdiri dari Aspal Beton campuran dingin (Cold MIx) ataupun Aspal Beton campuran panas (hot mix) yang pada umumnya telah kita kenai secara luas, selain itu ada juga Penetrasi Makadam, lapisan tipis aspal pasir (latasir) dan As Buton. Biaya konstruksi untuk pembuatan lapis penutup tersebut umumnya relatif mahal dan memerlukan peralatanperalatan mekanik seperti alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant), Asphalt Finisher (alat penggelar aspal) dan alat-alat pemadat mekanik. Untuk pembuatan jalan dipedesaan maka penggunaan lapisan penutup tersebut sulit untuk dilaksanakan karena umumnya dana dan peralatannya terbatas. Sehubungan dengan hal tersebut maka penggunaan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup adalah merupakan pilihan untuk pembangunan jalan dengan biaya murah tetapi relatif tahan terhadap cuaca.
Sistim pondasi jalan tanpa penutup termasuk jenis perkerasan lentur dimana konstruksi perkerasan jalan yang ada tidak menggunakan lapisan penutup seperti yang telah diuraikan diatas tetapi hanya menggunakan agregat (kerikil/pasir) pada lapisan permukaanya, direncanakan sedemikian rupa dengan memperhitungkan ketebalan dan sistim pengaliran airnya sehingga konstruksi ini akan mampu memikul beban serta tahan terhadap pengaruh cuaca.
Untuk pelaksanaan pembuatan jenis konstruksi ini sangat mudah dan tidak membutuhkan peralatan yang rumit maupun penggunaan alat alat berat.Penggunaan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini adalah untuk kondisi lalu lintas ringan sehingga sangat sesuai untuk pembuatan jaringan jalan di pedesaan. Ada dua jenis sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini yaitu lapis pondasi jalan tanpa penutup Klas 'C' dan Waterbound Macadam. seperti pada desa seputihrahman pada tahun 1995 kondisi jalan pada saat itu sangat memprihatinkan. Saat musim hujan keadaan jalan jadi amblas pada saat dilalui gerobak sapi ataupun kendaraan yang terkadang melintasi jalan tersebut, banyaknya genangan air dan permikaan jalan sudah tidak rata lagi. Sedangkan, pada saat musim kemarau jalan tersebut permukaannya retak atau pecah – pecah dan berdebu yang sangat merugikan kesehatan. Dari kondisi itu desa tersebut mengusulkan perlunya perkerasan jalan di desa. Tapi karena kekurangan dana, jadi jalan tersebut hanya menggunakan system pondasi jalan tanpa lapisan penutup kelas ‘C’. Ada juga daerah yang menggunakan sistim itu seperti di desa pasundan jaya pada tahun 2004, Desa way tuba tahun 2004, Talang kangkung juga pada tahun 2004. desa-desa ini terletak di kabupaten Way Kanan, lampung. Desa – desa ini menggunakan Waterbound Macadam.
BAB III
ANALISA

III .1. Lapisan – lapisan pada Sistim Perkerasan lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan lentur (Flexible Pavement) adalah sistim perkerasan dimana konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan. Tiap-tiap lapisan perkerasan pada umumnya menggunakan bahan maupun persyaratan yang berbeda sesuai dengan fungsinya yaitu, untuk menyebarkan beban roda kenderaan sedemikian rupa sehingga dapat ditahan oleh tanah dasar dalam batas daya dukungnya.
Umumnya bagian-bagian lapisan perkerasan tersebut terdiri dari:
1. Tanah dasar (Subgrade)
2. Lapisan pondasi bawah ( Subbase Course)
3. Lapisan pondasi atas ( Base Course)
4. Lapisan permukaan ( Surface Course)
Adapun tiap-tiap lapisan tersebut diatas dapat digambarkan sbb:

Gambar 2.1. Lapisan-lapisan Pada Perkerasan lentur


a. Lapisan tanah dasar (Subgrade)
Tanah dasar (subgrade) adalah merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan keawetan maupun tebal dari lapisan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar ini. Tanah dasar ini dapat terbentuk dari tanah asli yang dipadatkan (pada daerah galian) ataupun tanah timbun yang dipadatkan (pada daerah urugan). Mengenai persyaratan teknik untuk material tanah sebagai pembentuk tanah dasar ini adalah sebagai berikut:
Bukan tanah Organis Sebaiknya tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi yang diklafisikasikan sebagai A-7-6 dari persyaratan Klafisikasi MSHTO atau sebagai CH dalam sitim klasifikasi unified. Bahan yang mempunyai plastisitas tinggi hanya boleh digunakan pada daerah/lapisan dibawah 80 cm dari tanah dasar ataupun pada bagian dasar dari urugan. Ataupun urugan kembali yang tidak memerlukan daya dukung yang tinggi. Memiliki harga CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari dan dipadatkan 100 % dari kepadatan kering maximum.

Persyaratan kepadatan;
Harus dipadatkan sampai dengan 95 % dari kepadatan kering maximum pada lapisan 30 cm ke bawah dari subgrade (Proctor standard). 30 cm keatas harus dipadatkan 100 % dari kepadatan kering maximum ( Proctor standard ).
Penggunaan tanah sebagai bahan untuk pembuatan jalan umumnya hanya terbatas pada penyiapan badan jalan yaitu untuk membentuk lapisan pendasar (subgrade) pada daerah timbunan ataupun pada daerah yang kondisi tanah aslinya tidak memenuhi spesifikasi sehingga memerlukan penggantian tanah.

b. Lapisan pondasi bawah
Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar. Fungsi dari lapis pondasi bawah ini antara lain yaitu:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda.
2. Mencapai effisiensi penggunaan material yang relatip murah agar lapisanlapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
3. Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapis pondasi.
4. Sebagai lapisan peresapan (drainage blanket sheet) agar air tanah tidak mengumpul dipondasi maupun ditanah dasar.
5. Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat berat atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.
Material yang umum digunakan untuk lapisan pondasi bawah sesuai dengan jenis konstruksinya adalah:
- Batu belah dengan balas pasir (sistim telford)
- Tanah campur semen (soil cement base)
- Aggregat klas B (sistim podasi aggregate)
c. Lapisan pondasi atas
Lapis pondasi atas adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah dan lapisan permukaan. Fungsi dari lapis pondasi atas ini antara lain yaitu:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda.
2. Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah.
3. Memberikan bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan yang akan digunakan untuk lapisan pondasi atas adalah jenis bahan yang cukup kuat. Untuk lapisan pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan nilai CBR > 50 % dan plastisitas Index ( PI ) < 4 %. Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen (soil cement base) dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas. Material yang umum digunakan dilndonesia untuk lapisan pondasi atas sesuai dengan jenis konstruksinya adalah:
- Tanah campur semen (soil cement base)
- Aggregat klas A (sistim podasi aggregate)
- kerikil (Pondasi Macadam)
Tabel 2.1 : Persyaratan lapis pondasi agregat
Sifat Agregat A Agregat B
Abrasi Agregat Kasar
(AASHTO T 96-74) 0 – 40 % 0 – 50 %
Index plastisitas (PI)
(AASHTO T 90-70) 0 – 6 4 – 10
Batas Cair
(AASHTO T 89-68) 0 – 35 -
Bagian yang lunak
(AASHTO T 112-78) 0 – 5 -
CBR (AASHTO T193) 80 min 35 min
Rongga dalam agregat mineral pada kepadatan max 14 min 10 min

Tabel 2.2 : Persyaratan gradasi lapis pondasi agregat
Macam ayakan
( mm ) Persen berat lolos
Agregat kelas A Agregat kelas B
63,0 100 100
37,5 100 67 – 100
19,0 65 – 81 40 – 100
9,5 42 – 60 25 – 80
4,75 27 – 45 16 – 66
2,36 18 – 33 10 – 55
1,18 11 – 25 6 – 45
0,425 6 – 16 3 – 33
0,075 0 – 8 0 – 20

d. Lapis resap pengikat / lapis perekat (prime coat/tackcoat)
Prime coat adalah laburan aspal pada permukaan yang belum beraspal berfungsi untuk memberi ikatan antara permukaan tersebut dengan lapisan perkerasan diatasnya. Sedangkan tackcoat adalah laburan aspal pada permukaan yang sudah beraspal, berfungsi untuk memberi ikatan antara permukaan tsb dengan lapisan perkerasan diatasnya .
 Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan untuk primecoat adalah :
- AC 10 ( penetrasi 80-100 ), AC 20 ( penetrasi 60-70 ) diencerkan dengan minyak tanah 80 PPh ( 80 bagian minyak dengan 100 bagian aspal ) atau disesuaikan kebutuhan dilapangan.
- MC 30 ( aspal cair / Cutback Asphalt)
- Aspal emulsi (1 bagian air: 1 bagian pengemulsi )
 Bahan yang digunakan untuk Tackcoat adalah :
- AC 10 (penetrasi 80-100), AC 20 (penetrasi 60-70) diencerkan dengan minyak tanah 25 sid 30 PPh (25/30 bagian minyak dengan 100 bagian aspal) atau disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan
- Aspal emulsi (1 bagian air: 1 bagian pengemulsi )
Takaran Pemakaian
a. Untuk prime coat
- Untuk lapisan pondasi agregat 0,4 -1,3 l/m2
- Untuk lapisan pondasi tanah semen 0,2 -1,0 l/m2

b. untuk tackcoat
Tabel 2.3: Takaran penggunaan tackcoat
Jenis bahan Permukaan baru, permukaan tua/licin Permukaan tua/lapuk
Cut back 25 pph 0,15 l/m² 0,15 – 0,35 l/m²
Aspal emulsi 0,41 l/m² 0,40 – 1,00 l/m²

c. Suhu Penyemprotan
Tabel 2.4: Persyaratan Suhu Penyemprotan
Jenis Bahan Pengikat Batas Suhu Penyemprotan
Cutback 25 pph 100 +/- 10 ºC
Cutback 50 pph (MC 70) 75 +/- 10 ºC
Cutback 75 pph (MC 30) 45 +/- 10 ºC
Cutback 100 pph 30 +/- 10 ºC

e. Lapisan permukaan
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan terletak paling atas. Lapis permukaan ini berfungsi antara lain:
1. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan gaya lintang dari beban roda kenderaan
2. Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course)
Bahan yang umum digunakan untuk lapis permukaan (surface Course) ini antara lain :
- Aspal campuran panas ( Hot Mix) dengan jenis A TB, A TS8, HRS, HRSS I AC
- Aspal campuran dingin (Cold Mix) dengan jenis Slurry seal,DGEM, OGEM dan Macadam emulsion
- Lapisan Penetrasi Macadam (Lapen)
- Labur Aspal satu lapis (Burtu)
- Labur aspal dua lapis (Burda)
- Laburan Aspal (Buras)
- Lapisan tipis as buton murni (Latasbum)
- Lapisan as buton agregat (Lasbutag)
- Lapisan tipis aspal pasir (Latasir)

III. 2. Pemadatan
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas/memukul/mengolah). Tanah yang dipakai untuk pembuatan tanah dasar pada jalan, tanggul/bendungan , tanahnya harus dipadatkan, hal ini dilakukan untuk memperoleh
- Menaikan kekuatannya.
- Memperkecil daya rembesan airnya.
- Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut.

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepadatan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan adalah sebagai berikut :
a) Tebal lapisan yang dipadatkan.
Untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu makin teballapisan yang akan dipadatkan, maka diperlukan alat pemadat yang makin berat. Untuk mencapai kepadatan tertentu maka pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis bergantung dari jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk tanah lempung tebal lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm.

b) Kadar Air Tanah.
Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan, jika kadar air dinaikkan dengan menambah air, air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara butiran tanah sehingga mudah dipadatkan tetapi bila kadar air terlalu tinggi kepadatannya akan menurun. Jadi untuk memperoleh kepadatan maximum; diperlukan kadar air yang optimum. Untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maximum diadakan percobaan pemadatan dilaboratorium yang dikenal dengan :
- Standard Proctor Compaction Test; dan
- Modified Compaction Test
-
c) Alat Pemadat
Pemilihan alat pemadat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Pada pelaksanaan dilapangan; tenaga pemadat tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat dan berat alat pemadat itu sendiri. Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macan jenisnya; untuk itu pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan dipadatkan agar tujuan Pemadatan dapat tercapai.

b. Peralatan Pemadat
Macam-macam peralatan yang dipergunakan sehubungan dengan pekerjaan pemadatan lapis pondasi jalan umumnya ada dua jenis yaitu yang dilaksanakan secara mekanik darl manual dimana keduanya diuraikan sbb:

1. Peralatan Mekanik
Jenis peralatan ini digerakkan oleh tenaga mesin sehingga pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih baik. Adapun jenis-jenis peralatan yang umum digunakan antara lain:

a. Penggilas Getar ( Vibration Roller)
Alat pemadat ini mempunyai effesiensi pemadatan yang baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Effek yang diakibatkan oleh penggilas getar ini adalah gaya dinamis terhadap tanah; butir-butir tanah cederung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat diantara butiran-butirannya, sehingga akibat getaran ini tanah menjadi padat dan dengan susunan yang lebih kompak.

b. Penggilas Besi Berpermukaan Halus (Smooth Steel Roller).
Roda pemadat ini adalah silinder baja yang berpermukaan rata (halus). Alat ini cocok digunakan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada tanah pasir/lempung. Penggilasan dengan memakai alat dari type ini tidak dianjurkan untuk pekerjaan yang menginginkan tingkat pemadatan yang tinggi pada lapisan yang tebal.
Adapun macam-macam/type dari alat ini adalah sebagai berikut :

1) Three Wheel Roller.
Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac Adam, karena jenis ini sering dipergunakan dalam usaha-usaha pemadatan material berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3 buah silinder baja, untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini maka roda silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air) ataupun pasir. Pada umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton.

Gambar 3.1. Three Wheeled Roller
2) Tandem Roller
Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat dilakukan dengan menambahkan zat cair.

Gambar 3.2. Tandem Roller

4) Pneumatik Tired Roller ( PTR ).
Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan dari roda muka dan belakang berselang-seling sehingga bagian dari roda yang tidak tergilas oleh roda bagian muka akan tergilas oleh roda bagian belakang. Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban. PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan penggilasan bahan yang granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan pasir.

Gambar 3.3. Pneumatic Tired Roller (PTR)

2. Peralatan Manual
Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga manusia/hewan sehingga pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih lambat dan hasil pemadatan kurang memuaskan tetapi sangat berguna untuk pelaksanaan pemadatan didaerah terpencil/pedesaan dimana sulit untuk mendatangkan peralatan pemadat mekanik karena biaya yang mahal.

Adapun jenis-jenis peralatan yang umum digunakan antara lain:
a. Alat pemadat tangan
Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang diberi tangkai untuk menumbukkan beban
tersebut ke tanah yang akan dipadatkan.

Gambar 3.4 Alat Pemadat Tangan
b. Alat pemadat silinder beton
Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder terbuat dari beton cor. Cara melakukan pemadatannya adalah ditarik dengan hewan seperti kerbau atau lembu dan dapat juga mempergunakan kenderaan bermotor sebagai penariknya.


DITARIK OLEH HEWAN/KENDERAAN
Gambar 3.5 Alat Pemadat Silinder Beton


III.3. Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Klas 'C'
a. Pengertian
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Klas C adalah jenis lapis pondasi yang dipakai sebagai pondasi jalan dimana permukaannya tidak akan ditutup dengan aspal untuk waktu yang relatip lama, jenis pondasi ini dipakai pada ruas-ruas jalan yang volume lalu lintasnya masih rendah sehingga jenis ini sangat sesuai digunakan pada jalan -jalan di pedesaan.


Gambar IV.1. Potongan Melintang dengan Lapis Pondasi Klas C

b. Fungsi
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Klas C ini berfungsi antara lain:
untuk menghindari pengaruh air terhadap permukaan jalan memikul beban lalu lintas
menyebarkan beban roda kelapisan dibawahnya sebagai lapis peresapan


c. Bahan
Bahan yang dipergunakan untuk membuat jenis lapis pondasi ini adalah sbb:
- Kerikil pecah
- Padas pecah
- Kerikil alam bulat
d. Persyaratan Bahan
Persyaratan bahan yang harus dipenuhi supaya hasil pekerjaan memuaskan adalah sbb:
- Bahan harus bebas dari gumpalan lempung (tanah liat)
- Bahan harus betas dari material organik (humus/ tumbuhan membusuk)
- Batas Cair Max 40 %
- Index Plastisitas ( pr ) 6 % sId 20 %
Susunan Gradasi sbb:
Tabel 2.5. Persyaratan Gradasi
No. Ayakan ( mm ) Persen Berat Lolos
# 19,000 100
# 4.750 51 – 74
# 0.425 18 – 36
# 0.075 10 – 22

e. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pembuatan lapis pondasi tanpa penutup klas C dapat diuraikan sbb:
- Tanah dasar/badan jalan dipersiapkan terlebih dahulu yaitu dengan membuang rumput-rumput dan jenis tanah humus yang ada dipermukaan jalan, setelah itu permukaan jalan tersebut diratakan dengan cangkul dan dibentuk dengan memperhatikan kemiringan sehubungan untuk pengaliran air. Apabila permukaan tersebut sudah rata maka dapat dilanjutkan dengan proses pemadatan .
- Bahan lapis pondasi (kerikil/padas) dapat digelarkan/dihamparkan pada tanah dasar/badan jalan apabila permukaanya telah benar-benar padat, rata dan telah terbentuk dengan baik. Tebal lapisan yang dihamparkan kira kira 18 cm. Penghamparan dapat dilakukan dengan pengki sedangkan untuk perataannya dapat dilakukan dengan plat papan perata.
- Apabila bahan lapis pondasi telah selesai dihampar den diratakan serta telah mempunyai nilai ketebalan sesuai dengan yang ditentukan maka pekerjaan pemadatan dapat dilakukan pada bahan tersebut. Yang perlu diperhatikan sewaktu pemadatan adalah penambahan air pada permukaan pondasi sehingga pemadatan dapat dilakukan dengan optimum sehingga hasilnya akan memuaskan.

IV. 3. Water Bound Macadam (Makadam Ikat Basah )
a. Pengertian
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Waterbound Macadam adalah jenis pondasi yang dipakai sebagai pondasi jalan dimana permukaan jalan tersebut tidak akan ditutup dengan aspal untuk waktu yang relatip lama, jenis pondasi ini dipakai pada ruas-ruas jalan yang volume lalu lintasnya masih rendah sehingga jenis ini sangat sesuai digunakan pada jalan-jalan di pedesaan.

Gambar IV.2. Potongan Melintang Jalan dengan lapis Water Bound Macadam
b. Fungsi
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Waterbound Macadam ini berfungsi antara lain:
untuk menghindari pengaruh air terhadap permukaan jalan memikul beban lalu lintas
menyebarkan beban roda kelapisan dibawahnya sebagai lapis peresapan
c. Bahan
Bahan yang dipergunakan untuk membuat jenis lapis pondasi ini adalahsbb:
- Kerikil pecah
- Batu pecah
- pasir
d. Persyaratan Bahan
Persyaratan bahan yang harus dipenuhi supaya hasil pekerjaan memuaskan adalah sbb:
Bahan harus bebas dari gumpalan lempung (tanah liat)
Bahan harus be bas dari material organik (humus/tumbuhan membusuk)
- Nilai Abrasi Maksimum 40 %
- Indek Plastis 4% sId 12 %
- Batas Cair Maksimum 35 %
- Susunan Gradasi
A. Agregat kasar
Tabel 4.2. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar
No. Ayakan ( mm ) Persen Berat Lolos
# 75 mm 100
# 63 mm 95 – 100
# 50 mm 35 – 70
# 35.5 mm 0 – 15
# 25 mm 0 – 5

B. Agregat Halus
Tabel 4.3. Persyaratan Gradasi Agregat Halus
No. Ayakan ( mm) Persen Berat Lolos
# 9.5 mm 100
# 4,75 mm 70 – 95
# 2 mm 45 – 65
# 1 mm 33 – 60
# 0.425 mm 22 – 45
# 0.075 mm 10 – 28


e. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pembuatan lapis pondasi tanpa penutup Waterbound acadam dapat diuraikan sbb:
- Tanah dasar/badan jalan dipersiapkan terlebih dahulu yaitu dengan membuang rumput-rumput dan jenis tanah humus yang ada dipermukaan jalan, setelah itu permukaan jalan tersebut diratakan dengan cangkul dan dibentuk dengan memperhatikan kemiringan sehubungan untuk pengaliran air. Apabila permukaan tersebut sudah rata maka dapat dilanjutkan dengan proses pemadatan.
- Bahan agregat kasar (kerikil pecah I batu pecah) dapat digelarkan/dihamparkan pada tanah dasar/badan jalan apabila permukaanya telah benar-benar padat, rata dan telah terbentuk dengan baik. Tebal lapisan yang dihamparkan kira kira7 s/d 10 cm. Penghamparan dapat dilakukan dengan pengki. Apabila bahan agregat kasar telah selesai dihampar dan diratakan serta telah mempunyai nilai ketebalan sesuai dengan yang ditentukan maka pekerjaan pemadatan dapat dilakukan.
- Bahan agregat halus (pasir) dapat digelarkan/dihamparkan diatas lapisan agregat kasar yang telah selesai dipadatkan. Tebal lapisan yang dihamparkan kira-kira 5 s/d 7 cm. Penghamparan dapat dilakukan dengan pengki. Apabila bahan agregat halus telah selesai dihampar maka dilakukan penyiraman air sehingga material agregat halus tersebut akan masuk ke celah-celah agregat kasar kemudian sambil dipadatkan.

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari uraian mengenai pemakaian Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup tersebut diatas dapat disimpulkan sbb:
1. Bahan konsrtuksi untuk lapisan penutup/lapisan permukaan yang umum dikenal adalah Aspal Beton campuran dingin (Cold Mix), Aspal Beton campuran panas (hot mix), Penetrasi Makadam, lapisan tipis aspal pasir (latasir) As Buton dll.
2. Sistim pondasi jalan tanpa penutup adalah merupakan sistim konstruksi perkerasan jalan yang tidak menggunakan lapisan penutup seperti diatas tetapi hanya menggunakan agregat (kerikil/pasir) pada lapisan permukaanya, direncanakan sedemikian rupa dengan memperhitungkan ketebalan dan sistim pengaliran airnya sehingga konstruksi ini akan mampu memikul beban serta tahan terhadap pengaruh cuaca
3. Biaya untuk pembangunan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup cukup murah bila dibandingkan bila menggunakan lapis penutup seperti aspal beton dll hanya saja tidak dapat memikul lalu lintas berat sehingga sangat sesuai untuk digunakan pada pembuatan jalan dipedesaan.

SARAN - SARAN
1. Untuk lapisan tanah dasar, tanah tersebut Bukan tanah Organis Sebaiknya tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi yang diklafisikasikan sebagai A-7-6 dari persyaratan Klafisikasi MSHTO atau sebagai CH dalam sitim klasifikasi unified serta Memiliki harga CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari dan dipadatkan 100 % dari kepadatan kering maximum.
2. Bahan yang akan digunakan untuk lapisan pondasi atas adalah jenis bahan yang cukup kuat.
3. Penggunaan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini dianjurkan untuk kondisi lalu lintas ringan, sehingga penggunaan sistim ini adalah merupakan suatu altematif pilihan untuk pembanguanan jalan dengan biaya murah tetapi relative tahan terhadap cuaca sehingga sangat sesuai untuk pembuatan jaringan jalan di pedesaan

DAFTAR PUSTAKA

1. " Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan Jalan “, Ditjen Bina Marga.
2. "Mix Design Method For Asphalt Concrete and Other Hotmix Type", Asphallnstitute College Park, Maryland.ss
3. " Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( LASTON )", Ditjen Bina Marga.
4. " Bitumenous Material in Road Construction" , Departement of scientific and Industrial research, Road Research Laboratory, London, 1962
5. " Spesifikasi Umum", Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga
6. Yoder, E.J And Witczak, MW " Principles Of Pavement Design ", A Willey Interscience Publication, Newyork-Chichester-brisbane- Toronto, 1975.
7. Soedarsono, D.U "Konstruksi Jalan Raya" , Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1979.s
8. WWW.GOOGLE. COM/Perkerasan Jalan
Read More..

Rabu, 02 November 2011

Pemeliharaan Jalan Raya

I.PENDAHULUAN
Tujuan pemeliharaan jalan adalah untuk mempertahankan kondisi jalan mantap sesuai dengan tingkat pelayanan dan kemampuannya pada saat jalan tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sampai dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan.
Bertitik tolak dari kondisi mantap tersebut, pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara terus-menerus/rutin dan berkesinambungan khususnya pada jenis konstruksi jalan yang menggunakan sistem perkerasan lentur (flexible pavement). Pemeliharaan jalan tidak hanya pada perkerasannya saja, namun mencakup pula pemeliharaan bangunan pelengkap jalan dan fasilitas beserta sarana-sarana pendukungnya.
Suatu perkerasan jalan sekuat apapun tanpa didukung oleh fasilitas drainase akan dengan mudah menurun kekuatannya sebagai akibat dari melemahnya kepadatan lapisan pondasi dan terurainya butiran agregat dari bahan pengikatnya. Pemeliharaan saluran tepi di kiri-kanan badan jalan menjadi penting dan air harus senantiasa mengalir dengan lancar karena genangan air hujan akan melemahkan struktur perkerasan secara menyeluruh. Sedangkan retak rambut pada lapisan permukaan suatu perkerasan bila tidak segera ditutup akan semakin membesar dan dimasuki air hujan yang berdampak terurainya ikatan antara butiran agregat dari bahan pengikatnya, dan menjadi kerusakan yang lebih besar. Kondisi ini akan semakin cepat bertambah parah lagi bila beban lalulintasnya padat dan berat.

Penanganan pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara rutin maupun berkala. Pemeliharaan jalan secara rutin dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dan dilakukan sesegera mungkin ketika kerusakan yang terjadi belum meluas. Perawatan dan perbaikan dilakukan pada tahap kerusakan masih ringan dan setempat. Hal ini dilakukan sehubungan dengan biaya perbaikannya yang relatif rendah dan cara memperbaikinyapun relatif mudah/ringan.
Pemeliharaan jalan secara berkala dilakukan secara berkala dengan melakukan pula peremajaan terhadap bahan perkerasan maupun bahan lainnya. Selain itupun, dilakukan perataan kembali terhadap permukaan jalan. Baik pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala, tidak dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan struktur.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengendalian dan pengawasan pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara rutin maupun berkala agar kerusakan jalan beserta bangunan pelengkap dan fasilitas pendukungnya sejak dini dapat diditeksi jenis dan volume serta cara penanganan yang harus dilakukan segera. Selain itupun perlu diketahui lokasi kerusakannya, khususnya pada lokasi tertentu yang selalu terjadi kerusakan berulang. 
Pengendalian dan pengawasan pekerjaan pemeliharaan jalan menjadi penting dalam upaya meningkatkan kemampuan dan pengembangan jaringan jalan yang telah mantap guna melayani lalulintas transportasi darat dan daerah=daerah yang berkembang.

II. KEGIATAN UTAMA PEMELIHARAAN JALAN
Kegiatan utama pemeliharaan jalan dibagi dalam beberapa kategori pemeliharaan sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing bagian dari suatu konstruksi jalan. Bagian-bagian dari konstruksi jalan yang perlu dipelihara antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Struktur Perkerasan Jalan.
  2. Bahu Jalan.
  3. Fasilitas Pejalan Kaki/Trotoar.
  4. Fasilitas Drainase Jalan.
  5. Perlengkapan Jalan.
  6. Lereng/Talud Jalan.
  7. Struktur Pendukung Jalan.
Selain itu, kegiatan yang perlu dilakukan dalam keadaan mendesak/darurat adalah apabila terjadi bencana alam seperti tanah longsor, banjir, jalan dan jembatan terputus, pengaturan lalulintas, dan lain-lain.



II.1. Struktur Perkerasan Jalan
Kerusakan pada struktur perkerasan jalan dapat terjadi dengan kondisi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kerusakannya; berat, sedang, ataupun ringan. Disarankan pada saat kondisi kerusakan ringan dapat segera diperbaiki dengan cara pemeliharaan rutin, agar kerusakan tidak berkembang lebih lanjut atau semakin parah yang berakibat semakin mahal biaya untuk perbaikannya. Sesuai dengan jenis perkerasan jalan yang umumnya dilaksanakan, maka kerusakan yang terjadi umumnya mengikuti jenis perkerasan itu masing-masing.
Pada perkerasan lentur dengan lapisan penutup, jenis kerusakan yang sering timbul antara lain adalah:
  1. Lubang.
  2. Bergelombang/keriting.
  3. Alur.
  4. Penurunan/Ambles.
  5. Jembul.
  6. kerusakan Tepi.
  7. Retak Buaya.
  8. Retak Garis.
  9. Kegemukan Aspal.
  10. Terkelupas.

Pada perkerasan lentur tanpa lapisan penutup, jenis kerusakan yang sering timbul antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Lubang-lubang.
  2. Bergelombang/keriting.
  3. Alur.
  4. Penurunan/Ambles.
Pada perkerasan kaku, jenis kerusakan yang sering timbul, antara lain adalah sebagai berikut:
  1. kerusakan pengisi celah lubang.
  2. Penurunan slab dan slab pecah/retak  pada sambungan
Metode perbaikan pada perkerasan lentur dengan lapis penutup adalah;
  1. Penambalan lubang.
  2. Perataan.
  3. Pelaburan/Pengaspalan.
  4. Pengisian retak.
  5. Penutupan retak.
  6. Penebaran pasir.
Metode perbaikan pada perkerasan lentur tanpa lapis penutup adalah;
  1. Penambalan lubang.
  2. Perataan.
  3. Perbaikan kemiringan.
  4. Penambahan kerikil.
Metode perbaikan pada perkerasan kaku adalah;
  1. Perbaikan celah.
  2. Penyuntikan.
  3. Penambahan.

II.2. Bahu Jalan
Bahu jalan ditepi kiri dan kanan perkerasan jalan diperlukan guna memberikan rasa aman bagi pengemudi dan melindungi struktur perkerasan jalan dari kerusakan tepinya masing-masing.
Kerusakan pada bahu jalan dapat dikategorikan sebagai berikut;
Dengan Lapisan Penutup;
  1. Lubang-lubang pada bahu jalan.
  2. Bergelombang dan keriting.
  3. Jembul pada permukaaan bahu jalan.
  4. Retak buaya.
  5. Kegemukan aspal.
  6. Permukaan bahu jalan terkelupas.
Tanpa Lapisan Penutup;
  1. Letak setempat.
  2. Ambles/terjadi alur dipermukaan.
Bahu jalan dari tanah;
  1. Retak setempat.
  2. Kehilangan permukaan.
  3. Rumput panjang.
Metode perbaikan bahu jalan dengan lapisan penutup;
  1. Penambalan lubang.
  2. Perataan.
  3. Pelaburan/pengaspalan.
  4. Penebaran pasir.
Metode perbaikan bahu jalan tanpa lapisan penutup;
  1. Perataan.
  2. Pelandaian.
  3. Pembuatan kemiringan.
Metode perbaikan bahu jalan dari tanah;
  1. Perataan.
  2. Pelandaian.
  3. Pembuatan kemiringan.
  4. Pemangkasan rumput.

II.3. Fasilitas Pejalan Kaki/Trotoar
Fasilitas untuk pejalan kaki/trotoar sangat diperlukan guna keselamatan dan keamanan di tepi jalan terhadap kecelakaan lalulintas. Trotoar sangat dibutuhkan pada jalan kota, khususnya di daerah permukiman maupun di pusat-pusat kegiatan, seperti perkantoran, sekolah, perdagangan, perbelanjaan, dan lain-lain.
Kerusakan yang sering terjadi pada trotoar suatu jalan bergantung kepada jenis bahan yang digunakan pada pembuatan trotoar tersebut.
Trotoar dengan lapisan penutup;
  1. Retak-retak pada lapisan penutup.
  2. Kehilangan lapisan permukaannya

Trotoar tanpa lapisan penutup;
  1. Terjadi lubang-lubang.
  2. Ambles/penurunan permukaan.
Trotoar dari pasangan ubin/blok;
  1. Permukaan tidak rata.
  2. Susunan bergeser/tidak beraturan.
Trotoar dengan bahan beton;
  1. Beton pecah/retak.
  2. Permukaannya mengelupas.
Trotoar bagian tepi/penahan kerb;
  1. Kerusakan pada inlet kerb/fungsi drainase.
  2. Inlet kerb tersumbat/fungsi drainase.
  3. Kerb terlepas/hilang/kabur.
Metode perbaikan fasilitas pejalan kaki/trotoar antara lain adalah;
  1. Pengaspalan.
  2. Pemadatan ulang.
  3. Penggantian lantai.
  4. Penambalan permukaan.
  5. Penggantian yang rusak/hilang.
  6. Pembersihan inlet kerb.
  7. Pengecatan kerb yang pudar.

II.4. Fasilitas Drainase Jalan
Fasilitas drainase jalan yang berfungsi untuk membuang air berlebih pada permukaan suatu jalan, umumnya perlu mendapatkan perawatan dan pemeliharaan rutin agar dapat tetap berfungsi secara optimal. Kerusakan yang sering timbul dan kurang berfungsinya fasilitas drainase jalan tergantung kepada jenis bahan yang digunakan.
Tanpa pasangan batu;
  1. Pendangkalan, sebagai akibat dari pengendapan lumpur.
  2. Kerusakan pada saluran terbuka; dasar saluran tergerus, talud longsor/tergerus.
  3. Tumbuh-tumbuhan pada saluran terbuka, mengganggu laju aliran air.
Dengan pasangan batu;
  1. Pendangkalan, sebagai akibat dari pengendapan bahan/material yang hanyut.
  2. Kerusakan pada saluran terbuka; retak-retak pada permukaaan saluran, terlepasnya batu dari ikatannya.
Metode perbaikan drainase jalan tanpa pasangan batu adalah;
  1. Pembersihan.
  2. Perataan kemiringan.
  3. Perataan kemiringan saluran.
Metode perbaikan drainase jalan dengan pasangan batu;
  1. Pembersihan saluran pasangan batu.
  2. Perbaikan yang retak dan pemasangan batu kembali.
  3. Pembuatan ulang saluran pasangan batu.
Gorong-gorong;
  1. Tersumbat; sampah/tumbuhan yang hanyut tertahan di inlet gorong-gorong sehingga mengganggu aliran air.
  2. Kerusakan pada struktur; retak, pecah, terlepas dari sambungan, dan lain-lain.
  3. Kerusakan kepala gorong-gorong; baik inlet maupun outletnya.
Metode perbaikan gorong-gorong;
  1. Pembersihan saluran gorong-gorong.
  2. Perbaikan gorong-gorong.
  3. Perbaikan dinding gorong-gorong.
Saluran;
  1. Terjadinya timbunan sampah.
  2. Pendangkalan; endapan lumpur/pasir.
  3. Penggerusan pada struktur saluran.

Metode perbaikan saluran;
  1. Pembersihan kotoran/sampah.yang menyumbat.
  2. Pengambilan pasir yang mengendap.
  3. Perbaikan dasar saluran.

II.5. Perlengkapan Jalan dan Fasilitas Pendukung Lainnya
Perlengkapan jalan dan fasilitas pendukung lainnya dimaksudkan agar dapat memberikan informasi bagi pengemudi kendaraan untuk dapat mengikuti dan mengetahui keadaan di jalan raya yang dilaluinya. Perlengkapan/pendukung jalan yang dapat berfungsi secara baik akan memberikan kejelasan kepada setiap pengemudi untuk dijadikan pedoman selama berkendaraan di jalan raya. Kerusakan pada perlengkapan jalan akan menimbulkan ketidak jelasan kepada pengemudi dan menimbulkan kesulitan lainnya.
Patok kilometer dan hektometer;
  1. Kerusakan patok kilometer dan hektometer ; patah, pecah, terkelupas, tulisannya  hilang/kabur.
  2. Patok kilometer/hektometer hilang dari tempatnya.
  3. Patok kilometer/hektometer terhalang/tertutup akibat tertutup tumbuh-tumbuhan, dan terhalang bangunan liar.
Rambu-rambu jalan;
  1. Perubahan letak rambu lalulintas.
  2. rambu lalulintas kotor, tertutup/coretan.
  3. Rambu lalulintas rusak, dirusak, terbentur benda keras.
  4. Rambu lalulintas hilang, dilepas, dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
  5. Tiang rambu hilang/dicuri, atau dirusak akibat benturan keras.
Marka jalan;
  1. Tampilan marka berkurang/pudar.
  2. Posisi/penempatan marka salah/keliru/belum selesai.
Metode perbaikan patok kilometer dan patok hectometer;
  1. Perbaikan patok.
  2. Penggantian patok yang hilang.
  3. Pemindahan penghalang patok.
Metode perbaikan rambu-rambu jalan;
  1. Pelurusan rambu (tiang).
  2. Pembersihan rambu.
  3. Perbaikan rambu.
  4. Penggantian rambu yang hilang.
  5. Penegakan rambu.
Metode perbaikan marka jalan;
  1. Pemberian garis marka yang benar/sesuai.
  2. Pemindahan garis marka sesuai kondisi yang dibutuhkan.

II.6. Lereng/Talud Jalan
Pemeliharaan rutin pada lereng maupun talud jalan perlu dilakukan agar dapat dicegah terjadinya kelongsoran/tanah longsor, khususnya pada musim penghujan sebagai akibat dari erosi/pengikisan oleh air. Kerusakan pada lereng maupun talud jalan dikategorikan sesuai dengan bahan yang digunakan pada lereng dan talud jalan tersebut.
Lereng/Talud dari kerikil;
  1. Erosi atau pengikisan oleh air hujan.
  2. Rembesan air (air tanah) pada lereng/talud.
Lereng /talud dari pasangan batu;
  1. retak pada struktur penahan tanah di lereng/talud jalan.
  2. Ambles pada lereng/talud akibat penurunan/longsor.
Lereng/talud ditanami rumput;
  1. Rumput tumbuh panjang pada lereng, perlu dipangkas.
  2. Rumput yang gundul pada lereng, perlu ditanam kembali.
Lereng/talud dari bongkahan batu;
  1. Sebagian batu hilang/lepas.
  2. Susunan batu tidak teratur/penurunan/ambles.

Metode perbaikan lereng/talud dari kerikil;
  1. Pengalihan aliran air.
  2. Pelandaian kemiringan saluran air.
  3. Saluran bawah tanah.
Metode perbaikan lereng/talud dari pasangan batu;
  1. Perbaikan retak pada pasangan batu.
  2. Pembuatan konstruksi telapak.
Metode perbaikan lereng/talud ditanami rumput;
  1. Pemotongan rumput yang panjang.
  2. Penanaman rumput yang gundul.
Metode perbaikan lereng/talud dari bongkahan batu;
  1. Penambahan batu yang hilang.
  2. Pemasangan kembali yang lepas.
  3. Penyusunan kembali bongkahan batu.

II.7. Struktur Pendukung Jalan
Pemeliharaan struktur pendukung jalan seperti jembatan dan box culvert / gorong-gorong (lubang > 3 m), perlu dilakukan guna memastikan berfungsinya struktur tersebut memikul beban lalulintas jalan yang melaluinya. Kerusakan pada jembatan dan box culvert ditangani secara khusus melalui pemeliharaan jembatan dan bangunan struktur pendukung jalan.
Jembatan;
  1. Dek/pelat lantai jembatan berpasir, mempengaruhi lintasan jalan.
  2. Pagar/railing jembatan rusak/bengkok, lepas/hilang/dicuri.
  3. Penurunan pada jalan pendekat (oprit) jembatan.
Box culvert / gorong-gorong lubang > 3 m;
  1. Dek/pelat lantai berpasir; mempengaruhi lintasan jalan.
  2. Pagar/railing rusak/bengkok, lepas/hilang/dicuri.
  3. Penurunan pada jalan pendekat (oprit) box culvert / gorong-gorong.


Lain-lain;
1.     Railing dari bahan yang mudah mengalami korosi/berkarat, catnya mengelupas.
2.     Pembersihan endapan/tumbuhan pada inlet yang telah disediakan.
3.     Pemeriksaan kekuatan dan kencang/kendornya baut (jembatan rangka baja).
4.     Cat terkelupas.
5.     Bagian-bagian struktur berkarat (baja).
Metode perbaikan jembatan;
  1. Pembersihan dek/pelat lantai jembatan.
  2. Pengecatan pagar/railing yang pudar.
  3. Penggantian/pemasangan pagar/railing yang sesuai dengan kebutuhan.
  4. Perataan jalan pendekat/oprit.
Metode perbaikan box culvert/gorong-gorong > 3 m;
  1. Pembersihan dek/pelat lantai.
  2. Pengecatan pagar/railing yang pudar.
  3. Penggantian/pemasangan pagar/railing yang sesuai dengan kebutuhan.
  4. Perataan jalan pendekat/oprit.

Penanganan Darurat;
Penanganan darurat perlu dilakukan segera bila pada ruas jalan yang bersangkutan mengalami kerusakan akibat adanya bencana alam; seperti badan jalan longsor atau tertimbun longsoran dari tebing, sehingga akses jalan tidak berfungsi. Bila masih memungkinkan dibuatkan jalan sementara/darurat melalui bahu jalan yang masih kuat, sambil kerusakan pada badan jalan diperbaiki. Perlu adanya pengaturan lalulintas dan rambu pengamanan.
Ada kalanya pohon besar tumbang melintang jalan sehingga perlu segera memindahkan atau memotongnya dan membersihkannya agar jalan dapat berfungsi dan lalulintas tidak terhambat. Dalam hal ini, perlu disiapkan regu-regu dengan peralatan pemotong/gergaji untuk penanganan darurat ini.

III. PENGENDALIAN MUTU PEMELIHARAAN JALAN
Pengendalian mutu dalam pemeliharaan jalan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan, khususnya pemeliharaan rutin. Seorang petugas yang terkait dalam kegiatan pemeliharaan rutin harus dapat mempertanggungjawabkan seluruh pekerjaan pemeliharaan yang telah dilaksanakan.

III.1. Mutu Pelaksanaan
Mutu pelaksanaan dari kegiatan pemeliharan rutin dimonitor dan dipantau sesuai dengan tingkat kerusakan yang perlu segera diperbaiki dan ditindak lanjuti. Tanggungjawab seorang petugas pada suatu kegiatan pemeliharaan jalan adalah, bagaimana yang bersangkutan dapat menjamin dipenuhinya tata cara penanganan jenis-jenis kerusakan yang telah disyaratkan dalam pemeliharaan rutin tersebut.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain sebagai berikut;
1.    Melakukan monitoring dan pantauan secara terus-menerus terhadap kondisi jalan sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawab masing-masing.
2.    Melakukan pencatatan yang dituangkan dalam bentuk laporan harian, tingkat dan jenis kerusakan yang ada.
3.    Melakukan usaha perbaikan sesuai tata cara yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemeliharaan jalan.
4.    Melaporkan segera kepada atasan masing-masing bila terjadi hal-hal diluar kemampuannya yang tidak dapat diatasi sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

III.2.Kuantitas Hasil Akhir
Hasil akhir dari suatu pekerjaan pemeliharaan rutin jalan perlu dicatat dan dievaluasi serta dilaporkan secara periodik; harian, mingguan, bulanan, triwulanan, dan final/akhir.
Kuantitas hasil akhir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
  1. Kerataan permukaan dari struktur; menampilkan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas, sama seperti keadaan baru atau kembali seperti semula.
  2. Kepadatan; pada lapisan perkerasan telah dicapai tingkat kepadatan yang sesuai dengan peran dan fungsinya dalam struktur.
  3. Bentuk; hasil akhir sesuai dengan bentuk yang telah direncanakan (gambar rencana/kerja).
  4. Fungsi; setelah dilakukan pemeliharaan/perbaikan, dapat berfungsi secara baik dan benar, misal kelancaran air pada saluran tepi / tidak tersumbat.
  5. Toleransi; perbedaan/selisih dari hasil akhir pekerjaan masih dalam batas-batas atau koridor yang disyaratkan (tidak berpotensi menimbulkan kerusakan).
  6. Jumlah; kuantitas hasil akhir pekerjaan sesuai dengan kuantitas yang telah direncanakan dalam pemeliharaan/perbaikan.

III.3. Sumber Daya
Sumber daya yang diperlukan dalam suatu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan antara lain adalah tenaga pekerja, peralatan dan bahan. Disamping itu, perlu diperhatikan pula jadual kegiatan masing-masing pekerjaan dan mutu sumber dayanya yang dijelaskan sebagai berikut;
  1. Tenaga Pekerja: pentingnya tingkat keahlian dan tingkat keterampilan tertentu dari masing-masing tenaga pekerja untuk menangani suatu jenis pekerjaan, sehingga dapat disusun suatu jadual kegiatan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing tenaga pekerja dalam menangani suatu pekerjaan.
  2. Peralatan; penggunaan jenis dan kapasitas peralatan yang tepat/sesuai dengan kebutuhan operasional dalam penanganan masing-masing jenis kegiatan pemeliharaan/perbaikan agar diperoleh hasil pekerjaan yang optimal.
  3. Bahan; tersedianya bahan/material yang diperlukan dan memadai dalam setiap tahapan kegiatan pemeliharaan rutin sehingga pelaksanaannya dapat lancar dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Pengendalian mutu sumber daya dilakukan secara terjadual dan senantiasa disesuaikan dengan jenis pekerjaan/kegiatan yang telah direncanakan. Hal ini diperlukan agar penyelenggaraan kegiatan berlangsung efisien dan mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan spesifikasi yang telah dipersyaratkan. Penggunaan metode pelaksanaan dan ketersediaan biaya yang diperlukan turut menentukan kelancaran kegiatan pemeliharaan jalan.

III.4. Waktu
Waktu penyelenggaraan suatu kegiatan/pekerjaan perlu pentahapan agar dapat dikendalikan dan diawasi secara baik. Umumnya pentahapan waktu penyelenggaraan pemeliharaan rutin dibagi sebagai berikut;
  1. Perencanaan; seluruh kegiatan yang akan dilakukan direncanakan dan dijadualkan terlebih dahulu baik mutu maupun jumlahnya, dan ditetapkan spesifikasi dan persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
  2. Persiapan; hal-hal yang perlu disiapkan dan disediakan, dijadual sesuai dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan sehingga tidak terjadi hambatan pada saat pelaksanaan pekerjaannya.
  3. Pelaksanaan; waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan yang telah terjadual diupayakan agar dapat dipenuhi sesuai dengan mutu dan jumlah yang telah ditentukan dalam spesifikasi. Dalam hal ini, perlu pengendalian dan pengawasan yang akurat agar dapat dijamin kelancaran penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan rutin tersebut dan hasil yang optimal.
  4. Pemantauan; agar kendali dan pengawasan pelaksanaan dapat berlangsung sesuai dengan yang telah dijadualkan, waktu pemantauan dilakukan secara terus-menerus untuk mengantisipasi bila terjadi penyimpangan atau kesalahan yang perlu segera diperbaiki dan ditindak lanjuti.
III.5. Tempat/Lokasi
Terjadinya kerusakan pada suatu struktur perlu diketahui dimana lokasi kerusakannya, jenis kerusakannya, dan dimensi kerusakannya. Hal ini perlu segera diketahui agar penanganannya dapat sesuai dengan jenis sumber daya yang perlu disiapkan/disediakan.
  1. Lokasi kerusakan;
    1. harus diketahui dengan jelas agar dapat segera    dilakukan  pengiriman petugas pemeliharaan dan kelengkapannya untuk melakukan perbaikan.
    2. Setiap lokasi kerusakan sudah diberi tanda (misal; cat semprot), dan dicatat untuk bahan laporan/inventarisasi.
  2. Jenis kerusakan;
    1. Jenis kerusakan yang terjadi perlu diketahui untuk memastikan upaya perbaikannya yang menyangkut masalah teknologi konstruksi.
    2. Setiap jenis kerusakan perlu diinventarisasi untuk keperluan laporan evaluasi selanjutnya.
  3. Dimensi kerusakan;
    1. Dimensi kerusakan yang terjadi perlu diketahui guna memastikan tingkat kerusakan dan volume kerusakan yang terjadi sehingga dapat dipersiapkan tenaga pekerja, bahan, alat, metode/cara, dan biaya yang sesuai.
    2. Setiap dimensi kerusakan diinventarisasi untuk keperluan laporan dan analisa perhitungan selanjutnya, khususnya dalam mempersiapkan rencana anggaran biaya yang diperlukan.
    
III.6. Tuntutan
Dalam penyelenggaraan pengelolaan jaringan jalan yang telah ada, perlu adanya suatu penanganan yang segera sebelum kerusakan meluas / meningkat. Hal ini dapat dilakukan bila koordinasi antara semua pihak yang terkait dengan masalah pemeliharaan rutin jalan berjalan secara baik dan lancar. Selain itu, perlu diketahui bahwa biaya perbaikan jalan akan jauh lebih besar bila tidak segera ditangani. Tingkat kerusakan jalan yang lebih berat akan membutuhkan penyediaan sumber daya yang lebih banyak dan waktu pengerjaan yang lebih lama.
Kerusakan jalan yang lebih berat dan banyak, berpengaruh terhadap menurunnya tingkat layanan jalan dan kapasitas jalan yang ada sehingga kelancaran arus lalulintas jalan terganggu, dan pada gilirannya akan menyebabkan terhambatnya arus pergerakan manusia dan barang.
Penanganan kerusakan jalan yang masih ringan, selain metode/cara perbaikannya lebih mudah/sederhana, biaya yang dibutuhkan rendah dan waktu yang digunakan untuk melakukan perbaikan jauh lebih singkat.

III.7. Tanggung Jawab
Dalam melakukan pengendalian dan pengawasan mutu pemeliharaan rutin jalan, pihak-pihak yang terkait antara lain;
    1. Juru Jalan.
    2. Pengamat.
    1. Petugas Dinas Bina Marga/Praswil/PU/UPR.
    2. Kepala Satuan Kerja Sementara/Pemimpin Proyek/Bagian Proyek
    3. Unsur-unsur terkait dengan perencanaan / pemrograman, penganggaran, pemantauan, pemeliharaan rutin jalan dan jembatan Nasional dan Propinsi.
Masing-masing mempunyai tanggungjawab sebagai berikut;
  1. Juru jalan;
    1. Mutu pelaksanaan yang dikerjakan oleh regu-regu pekerja.
    2. Mutu pelaksanaan yang dikerjakan oleh unsur-unsur dinas.
    3. Ketepatan laporan kondisi jalan serta waktu penyampaiannya (akurasi laporan) kepada Pengamat.
  2. Pengamat;
    1. Mutu pelaksanaan yang dilakukan Juru Jalan.
    2. Rencana pelaksanaan/sumber daya (sesuai program).
    3. Jadual pengaturan bahan dan alat.
    4. Laporan kerusakan jalan; perlunya penanganan sesegera mungkin.
  3. Petugas Dinas Bina Marga/Praswil/UPR
    1. Penyiapan dan penyediaan peralatan/perlengkapan untuk kegiatan pemeliharaan rutin.
    2. Pengaturan/penjadualan kegiatan pemeliharaan rutin.
  4. Kepala Satuan Kerja Sementara /Pemimpin Proyek /Bagian Proyek;
    1. Rencana, program, anggaran dan pantauan pemeliharaan rutin di wilayahnya.
    2. Ketepatan waktu pengerahan peralatan pemeliharaan rutin.
    3. Ketersediaan bahan dan dukungan logistik untuk kegiatan pemeliharaan rutin.
  5. Unsur-unsur terkait lainnya;
    1. Perencanaan/pemrograman pemeliharaan jalan.
    2. Penganggaran biaya untuk keperluan pemeliharaan jalan.
    3. Pemantauan kemajuan/kelancaran (progres) pemeliharaan jalan.
    4. Evaluasi hasil-hasil yang dicapai kegiatan pemeliharaan jalan.
Dengan koordinasi yang baik diantara semua unsur terkait dengan pemeliharaan jalan, akan dicapai pemeliharaan jalan yang optimal.

IV. PERALATAN
Peralatan yang digunakan harus sesuai dengan keperluan pada saat melakukan kegiatan pemeliharaan rutin. Seluruh peralatan yang telah disepakati untuk digunakan dalam kegiatan pemeliharaan rutin senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan untuk penanganan pekerjaan dilapangan.
Jenis dan kapasitas peralatan serta kemampuan operatornya perlu disesuaikan dengan kondisi di lapangan, agar dalam pengoperasiannya alat tersebut dapat berfungsi secara baik dan lebih efisien. Penggunaan peralatan yang bukan peruntukannya akan menyebabkan inefisiensi dan hasil akhir yang tidak memuaskan. Untuk mendukung keberhasilan penggunaan peralatan yang sesuai, perlu mengetahui terlebih dahulu fungsi, karakteristik, kemampuan, dan cara pengoperasiannya yang benar.
Beberapa jenis peralatan utama yang umumnya digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin antara lain adalah sebagai berikut;
  1. Vibrating Rammer;
a.    Untuk pemadatan lapisan tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi
bawah (subbase course), lapisan pondasi atas (base course);
untuk lokasi setempat.              
    1. Tidak boleh digunakan untuk pemadatan campuran aspal dingin atau campuran aspal panas.
  1. Vibrating Plate Compactor;
    1. Untuk pemadatan lapisan campuran aspal.
    2. Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan dengan ketebalan < 10 cm (hanya lokasi setempat).
    3. Untuk pemadatan Asphalt Treated Base (ATB).
  2. Baby Roller (Vibrating);
    1. Untuk pemadatan campuran aspal dingin atau campuran aspal panas, terutama pada lapisan permukaan dari penambalan lubang atau perataan.
    2. Untuk pemadatan pasir atau agregat halus pada laburan aspal.
    3. Untuk pemadatan agregat pada bahu jalan.
  3. Site mixer;
    1. Untuk pembuatan campuran aspal dingin di lapangan (dengan aspal emulsi, aspal cair/cutback atau asbuton) dengan ukuran maximum 0,1 m3.
  4. Asphalt Sprayer;
    1. Peralatan penyemprot aspal.
Selain alat-alat tersebut, perlu dilengkapi dengan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan di lapangan, seperti saringan/ayakan untuk agregat, sekop, pembersih debu/sapu lidi, dan lain-lainnya.

V. BAHAN / MATERIAL
Bahan/material yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan jalan antara lain batu belah, agregat kasar/halus, dan bahan pengisi/mineral filler, aspal, semen (Portland cement/Pc), dan lain-lain. Kebutuhan bahan/material tergantung dari jenis kegiatan/pekerjaan yang harus ditangani dan dimensi serta tingkat kerusakan yang harus ditanggulangi.

Batu Belah/Kali;
Batu belah/kali umumnya digunakan dalam pekerjaan perbaikan talud atau lereng badan jalan yang longsor ataupun tergerus sebagai akibat dari erosi atau perubahan level air tanah. Bila badan jalan berada ditepi sungai atau pantai laut, umumnya dibuat dalam bentuk bronjong (gabions) ataupun dinding penahan (retaining wall). Dimensi batu belah/kali pada umumnya berkisar antara 15 sampai 20 cm. Jenis pengerjaan pasangan batu tersebut dapat dengan/atau tanpa mortar/spesi sesuai kebutuhan dan kondisi di lokasi pekerjaan.

Agregat Kasar/Halus dan Bahan Pengisi/Mineral Filler;
Agregat kasar merupakan batu pecah/kerikil yang mempunyai minimum dua bidang pecah, dengan dimensi butiran tertahan pada saringan 2,36 mm tidak kurang dari 65%. Untuk penggunaan pada pekerjaan pemeliharaan jalan, material harus keras/tidak mudah pecah dan bersih/bebas debu, kotoran, ataupun zat-zat lainnya yang dapat merusak kemampuan bahan tersebut.
Agregat halus umumnya terdiri dari pasir kasar yang mempunyai dimensi butiran =/- 95% lolos saringan 2,36 mm. seperti halnya agregat kasar, agregat halus harus keras dan tidak mudah pecah, serta bersih atau bebas dari debu, kotoran, ataupun zat-zat lainnya yang dapat merusak kemampuan bahan tersebut. Dimensi butiran agregat dibatasi maximum 20 mm dan antara 3%-5% lolos saringan 0,075 mm.
Bahan pengisi /mineral filler umumnya diambil dari debu batu pecah hasil pengerjaan dari mesin pemecah batu (stone crusher). Persyaratan lainnya adalah bahwa bahan pengisi ini dalam keadaan kering tidak berupa bongkahan.
Aspal;
Jenis aspal yang umumnya digunakan dalam pekerjaan pemeliharaan jalan antara lain adalah aspal emulsi, aspal cair, dan aspal buton. Sesuai dengan keperluannya, penggunaan jenis aspal tersebut disesuaikan dengan kondisi dan pemanfaatannya di lapangan/lokasi pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan aspal tersebut antara lain adalah;
                a. kekentalan
    1. kerataan
    2. kemudahan pengerjaan/workability.
Pada jenis aspal emulsi, diperlukan bahan peremaja dalam proses penggunaannya. Hal tersebut terkait dengan peningkatan workabilitynya. Workability menjadi penting mengingat akan berdampak terhadap waktu pengerjaan dan mutu hasil dari pemeliharaan jalan tersebut.

Semen (Portland Cement / Pc);
Semen yang umumnya digunakan dalam pengerjaan struktur adalah jenis Portland Cement / Pc. Pc berfungsi sebagai bahan pengikat pada pekerjaan pasangan batu kali dinding penahan, ataupun bangunan pelengkap/struktur seperti, untuk fasilitas drainase, parit tepi, gorong-gorong, box culvert, dan jembatan. Penggunaan lain adalah sebagai campuran pada bahan material base maupun subbase course.

Kapur;
Jenis bahan ini banyak digunakan sebagai campuran mortar/spesi bersama semen pada pekerjaan pasangan batu kali. Selain itupun sering digunakan dalam stabilisasi tanah yang lunak, basah, dan jenuh kandungan airnya. Kapur memiliki daya mengikat terhadap air yang berada di dalam lapisan tanah yang lunak tersebut.  



VI. LAPORAN
Setiap aktivitas di lapangan senantiasa harus dipantau, dan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis, sesuai dengan tahap penyampaiannya yang telah ditentukan.
Laporan dimaksudkan antara lain untuk;
    1. Mengetahui kemampuan melaksanakan pekerjaan setiap saat.
    2. Mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan.
    3. Mengetahui kondisi peralatan, material maupun tenaga kerja.
    4. Mengetahui prestasi fisik dan keuangan.
Untuk mendukung sistem pelaporan sesuai dengan kondisi di lapangan, laporan dilakukan dalam tahapan dan jenis keperluannya. Jenis laporan yang lazim dilakukan adalah;
    1. Laporan Harian.
    2. Laporan Mingguan.
    3. Laporan Bulanan.
    4. Laporan Triwulanan.
    5. Laporan Akhir.

Laporan Harian;
Semua kegiatan pekerjaan di lapangan dan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan, dicatat/direkam setiap hari, dan dituangkan dalam bentuk laporan harian. Dalam laporan harian tersebut antara lain dicatat semua kejadian yang ada di lapangan seperti;
    1. Jenis kegiatan/pekerjaan yang dilakukan pada hari itu.
    2. Kondisi pekerjaan saat itu.
    3. Cuaca yang terjadi sepanjang hari.
    4. Hal-hal terkait/mendukung terselenggaranya pekerjaan pada hari yang bersangkutan.
    5. Hal penting lainnya yang mungkin berdampak negatif terhadap penyelenggaraan kegiatan di lapangan.
    6. Pengunjung/tamu proyek, saran, dan pendapat secara umum.
Laporan Mingguan;
Laporan mingguan merupakan rangkuman laporan harian selama periode waktu dalam satu minggu, disertai prestasi kerja selama satu minggu. Dalam hubungan ini, prestasi kerja selama satu minggu tersebut dapat dilihat kecenderungannya; positif ataukah negatif. Apakah kegiatan pekerjaan berjalan lancar sesuai jadual ataukah mengalami hambatan sehingga terlambat/tertunda; belum sesuai yang telah direncanakan.

Laporan Bulanan;
Laporan bulanan merupakan rangkuman laporan mingguan selama periode waktu dalam satu bulan. Dalam hubungan ini, prestasi kerja dalam satu bulan akan menunjukkan jenis kegiatan yang berlangsung sesuai jadual maupun yang terlambat/tidak-belum sesuai jadual. Prestasi kerja yang telah dilakukan selama periode satu bulan tersebut dapat segera ditentukan apakah positif ataukah negatif.
Hasil/prestasi kerja dapat digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi suatu penyelenggaraan proyek, agar dapat segera diketahui kendala-kendala yang timbul selama proses kegiatan dalam satu bulan, untuk mengambil keputusan mengenai langkah-langkah dan tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian Proyek.

Laporan Triwulanan;
Dalam laporan triwulanan dapat dilihat aktivitas setiap bulan yang dirangkum dalam tiga bulan berturut-turut. Pada laporan tersebut sudah dapat dilihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi untuk periode berikutnya.
Oleh karena itu, langkah-langkah yang telah diputuskan dapat dievaluasi dan direvisi kembali bila masih belum dapat mengatasi keterlambatan maupun penyimpangan yang telah terjadi sebelumnya.



Laporan Akhir / Final Report;
Laporan akhir merupakan rangkuman dari seluruh kegiatan selama pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir pelaksanaan. Dalam laporan akhir tersebut, dapat dilihat perkembangan prestasi pekerjaan maupun biaya yang telah dikeluarkan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai jadual yang telah ditentukan. Selain itu, dapat dilihat pula revisi maupun perubahan-perubahan yang dilakukan guna mencapai target yang dimaksud sebelumnya.
Laporan akhir ini mencantumkan pula data-data proyek seperti antara lain;
    1. Nama Proyek
    2. Lokasi Proyek
    3. Tahun Anggaran Proyek
    4. Pelaksana dan Pengawas Proyek
    5. Curva S (S-Curve) selama proses kegiatan proyek; rencana dan realisasinya
    6. Lain-lain.

VII. EFEKTIVITAS HASIL KERJA
Kegiatan pekerjaan pemeliharaan rutin yang telah dilaksanakan perlu diketahui hasil akhir yang telah dicapai dalam periode tertentu yang telah dijadualkan. Hasil akhir tersebut selain dipantau/dimonitor secara terus-menerus, juga dilakukan evaluasi sesuai masing-masing jenis kegiatan dalam pekerjaan pemeliharaan rutin. Perlu adanya suatu kajian kembali mengenai semua aktivitas yang telah dilakukan dalam pelaksanaan di lapangan.
Untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan pemeliharaan rutin tersebut, beberapa faktor yang terkait harus dicatat/diinventarisasi dan dikaji/dievaluasi secara menyeluruh, sebagai berikut;
    1. Permasalahan dan kendala yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin.
    2. Evaluasi dan kaji ulang hasil kerja setiap kegiatan pekerjaan.
    3. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam menunjang kelancaran pekerjaan di lapangan.
VII.1. Permasalahan dan Kendala Pelaksanaan
Permasalahan dan kendala yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin senantiasa perlu dicatat dan diinventarisasi sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui sejauh mana sistem pengendalian mutu dan cara pemeliharaan yang telah dilakukan dapat mencapai hasil kerja yang optimal.
Untuk mengkaji efektivitas hasil kerja yang telah dilakukan dan harapan-harapan yang ingin dicapai, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut;
    1. Kualitas tenaga kerja/personil yang ada.
    2. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan.
    3. Mutu dan jumlah bahan/material yang harus disiapkan.
    4. Metode/cara pelaksanaan yang dipakai dalam setiap kegiatan.
Pemeliharaan jalan secara menyeluruh selain memperhitungkan masa/kapasitas pelayanan, umur rencana, peran/fungsi suatu jalan, juga tergantung dari mutu produk pekerjaan pembangunan maupun peningkatan jalan tersebut. Semakin baik mutu yang dihasilkan, semakin murah biaya pemeliharaannya.

VII.2. Evaluasi Hasil Kerja
Untuk mengevaluasi hasil kerja yang telah dilakukan, setiap komponen yang terkait dengan proses penyelenggaraan pekerjaan perlu dikaji kembali sesuai dengan harapan yang ingin dicapai. Dengan melakukan kajian tersebut, diharapkan dapat dilakukan perbaikan dan pengembangan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin dimasa yang akan datang.
Kualitas sumber daya manusia seperti pekerja maupun personil dalam suatu proyek/penyelenggaraan pemeliharaan rutin, secara umum merupakan kunci keberhasilan suatu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin. Disisi lain, mengingat sifat pekerjaan pemeliharaan rutin yang merupakan pekerjaan sederhana dan relatif mudah dilaksanakan, kualitas sumber daya manusia yang dipilih/ditugaskan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut umumnya tidak perlu seterampil ataupun seahli dengan tenaga pekerja/personil untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan/peningkatan struktur/konstruksi.
Dalam hal jenis peralatan/perlengkapan yang digunakan dalam pekerjaan pemeliharaan rutin, umumnya merupakan peralatan dan perlengkapan yang sederhana dan mudah mengoperasikannya. Bahan/material yang perlu disediakan tidak dalam jumlah yang besar. Metode pelaksanaan yang diterapkan umumnya tidak rumit atau sederhana.
Sehubungan dengan itu, biaya yang disediakan umumnya relatif kecil dan bahkan kurang sesuai/memadai, atau terlupakan/terabaikan.
Bertitik tolak dari kondisi tersebut, harapan untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal akan sulit dicapai.

VII.3. Upaya Menunjang Pekerjaan Pemeliharaan Rutin
Perlu diperhatikan bahwa dalam mengelola suatu ruas jalan yang telah ada, program yang telah direncanakan umumnya adalah program pembangunan dan program pemeliharaan. Program pembangunan bila ditinjau dari jenis pekerjaannya tidak selalu dilakukan pada suatu ruas jalan. Program pemeliharaan justeru merupakan keharusan pada setiap ruas jalan. Setiap ruas jalan harus dilakukan pemeliharaan rutin dalam setiap periode/waktu dalam setahun.
Sesuai dengan tujuan pemeliharaan jalan yang telah ditetapkan, yaitu mempertahankan jalan mantap tetap mantap dan tercapai umur rencana serta tingkat pelayanan yang optimal, maka pemeliharaan jalan merupakan hal penting dan perlu senantiasa dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Secara nyata, suatu ruas jalan yang tidak dipelihara akan mengalami kerusakan dan berakibat menurunnya tingkat pelayanan serta tidak tercapainya umur rencana yang diharapkan.




DAFTAR PUSTAKA

  1. Ditjen. Bina Marga; Dit. Bina Teknik; Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Jalan Propinsi; Jilid I; Metode Survai; Departemen Pekerjaan Umum; 1995.
  2. Ditjen. Bina Marga; Dit. Bina Teknik; Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Jalan Propinsi; Jilid II; Metode Perbaikan Standard; Departemen Pekerjaan Umum; 1995.
  3. Ditjen. Bina Marga; Pemeliharaan Rutin; Road Maintenance Improvement Project II; 1998.
  4. LPKM – ITB / KBK Rekayasa Transportasi; Sistem Transportasi Perkotaan; Jurusan Teknik Sipil ITB; 1997.
Read More..

You must here

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting