Selasa, 27 Desember 2011

MASA PEMELIHARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI


MASA PEMELIHARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Guna meningkatkan kualitas pekerjaan konstruksi pada Dirjen Bina Marga maka diterbitkan surat edaran yang mengatur mengenai masa pemeliharaan pada pekerjaan konstruksi  jalan, yang semula 1 (satu) tahun menjadi 2 (dua) tahun terkecuali untuk pekerjaan yang pekerjaan utama nya konstruksi jembatan.Hal ini sanggat bagus menginggat banyak pekerjaan yang terkesan asal-asalan di mata masyarakat. Dimana usia jalan yang diharapkan kadang tidak terpenuhi. Padahal usia jalan banyak factor yang mempengaruhi, misal nya Muatan Sumbu Terberat (MST) apalagi jika ada nya jembatan timbang yang kurang berfungsi dengan baik. Adapun surat edaran tersebut dapat di lihat pada :
Download Disini




Abdur Rahman
Read More..

Rabu, 14 Desember 2011

Sistem Pelelangan Pengadaan Barang dan Jasa Pemborongan

Pada tahun 2012 ini Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Lampung mengadakan Lelang dengan fulleproc sebagaimana untuk menerapkan sistem lelang yang transparan dan meminimalisir akan Larangan Korupsi,Kolusi, danNepotisme (KKN)serta Persekongkolan antar penyedia jasa. anda bisa melihat paket yang dilelangkan pada tahun 2012 ini
Klik Disini
Read More..

Penggunaan Sistem Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sistim pondasi jalan tanpa penutup adalah merupakan sistim konstruksi perkerasan jalan yang tidak menggunakan lapisanan permukaan/lapis penutup seperti Aspal Beton, Penetrasi Macadam dll, tetapi hanya menggunakan agregat (kerikil/pasir) pada lapisan permukaanya, direncanakan sedemikian rupa dengan memperhitungkan ketebalan dan sistim pengaliran airnya sehingga konstruksi ini akan mampu memikul beban serta tahan terhadap pengaruh cuaca. Untuk pelaksanaan pembuatan jenis konstruksi ini sangat mudah dan tidak membutuhkan peralatan yang rumit maupun penggunaan alat-alat berat. Penggunaan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini dianjurkan untuk kondisi lalu lintas ringan, sehingga penggunaan sistim ini adalah merupakan suatu altematif pilihan untuk pembanguanan jalan dengan biaya murah tetapi relative tahan terhadap cuaca sehingga sangat sesuai untuk pembuatan jaringan jalan di pedesaan.

Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada,semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas, baik arus pergerakan barang maupun manusia. Khusus didaerah pedesaan masih banyak yang belum menyadari akan pentingnya kondisi dari permukaan jalan ini terbukti karena masih banyaknya jalan-jalan didaerah pedesaan yang kondisinya rusak berat seperti adanya lobang-lobang dan amblas pada permukaan jalan tersebut terutama diwaktu musim hujan. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena pada umumnya permukaan jalan tersebut tidak diberi lapisan permukaan yang mampu memperkecil pengaruh air terhadap badan jalan. Untuk membuat suatu lapis permukaan/penutup seperti Aspal Beton atau yang lainnya akan membutuhkan biaya yang relatif mahal sehingga hal ini tidak dapat dilaksanakan karena pada umumnya dana untuk pembangunan jalan pedesaan terbatas.

I.2. Maksud danTujuan
Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengupas masalah pemakaian sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup pada jalan dipedesaan karena untuk pembangunan jalan dengan menggunakan jenis konstruksi ini tidak membutuhkan biaya yang mahal karena bahan yang akan dipergunakan umumnya dapat menggunakan bahan setempat seperti pasir dan kerikil. Jenis konstruksi ini juga cukup mampu untuk memikul beban kenderaan serta menghindarkan kerusakan badan jalan yang diakibatkan oleh pengaruh air terutama diwaktu musim hujan.

I .3. Permasalahan
Lapis pondasi tanpa penutup termasuk dalam sistim perkerasan lentur sehingga untuk pembahasannya terdapat banyak masalah, permasalahan permasalahan tersebut antara lain:
- Perhitungan tebal lapis pondasi
- Proses pembuatan rencana campuran kerja (job mix formula ).
- Proses pemeriksaan mutu bahan yang akan digunakan.
- Proses pemadatan.
- Pengendalian mutu ( Quality control ).
- hal -hal yang berkaiatan dengan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
- Keadaan lokasi/medan yang akan dikerjakan.
- analisa biaya yang akan digunakan dalam perhitungan biaya bahan serta biaya pelaksanaan pekerjaan.

I.4. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan seperti yang telah diuraikan diatas maka penulis akan menyederhanakannya yaitu dengan mengadakan pembatasan masalah, jadi dalam hal ini penulis hanya akan membahas topik masalah mengenai pemakaian sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup yang meliputi keuntungan-keuntungan penggunaan sistim pondasi tersebut, macam-macam lapis pondasi tanpa penutup yang ada, masalah persyaratan atau spesifikasi bahan dan metode pelaksanaan I cara kerja dilapangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seperti diketahui bahwa kondisi permukaan jalan adalah sangat rentan terhadap pengaruh adanya air. Permukaan jalan tanah misalnya, akan sangat keras bila musim panas dan sanggup menahan kendaraan berat seperti truck dengan beban yang berat sekalipun tanpa terjadi amblas. Tetapi bila terjadi hujan dan air hujan tersebut telah meresap kedalam tanah maka permukaan jalan yang tadinya keras, akan berubah menjadi lunak sehingga tidak dapat lagi menahan berat kendaraan, apabila kendaraan dipaksakan melewatinya maka roda kendaraan akan amblas masuk kedalam tanah sehingga lambat laun jalan akan rusak.

Dengan berkembangnya teknologi konstruksi jalan maka untuk menghindarkan hal tersebut, permukaan jalan pada umumnya diberi lapis penutup/lapis permukaan, dimana fungsinya selain untuk memberikan kenyamanan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menghindari pengaruh air terutama diwaktu musim hujan. Bahan konsrtuksi lapisan penutup/lapisan permukaan tersebut dapat terdiri dari Aspal Beton campuran dingin (Cold MIx) ataupun Aspal Beton campuran panas (hot mix) yang pada umumnya telah kita kenai secara luas, selain itu ada juga Penetrasi Makadam, lapisan tipis aspal pasir (latasir) dan As Buton. Biaya konstruksi untuk pembuatan lapis penutup tersebut umumnya relatif mahal dan memerlukan peralatanperalatan mekanik seperti alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant), Asphalt Finisher (alat penggelar aspal) dan alat-alat pemadat mekanik. Untuk pembuatan jalan dipedesaan maka penggunaan lapisan penutup tersebut sulit untuk dilaksanakan karena umumnya dana dan peralatannya terbatas. Sehubungan dengan hal tersebut maka penggunaan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup adalah merupakan pilihan untuk pembangunan jalan dengan biaya murah tetapi relatif tahan terhadap cuaca.
Sistim pondasi jalan tanpa penutup termasuk jenis perkerasan lentur dimana konstruksi perkerasan jalan yang ada tidak menggunakan lapisan penutup seperti yang telah diuraikan diatas tetapi hanya menggunakan agregat (kerikil/pasir) pada lapisan permukaanya, direncanakan sedemikian rupa dengan memperhitungkan ketebalan dan sistim pengaliran airnya sehingga konstruksi ini akan mampu memikul beban serta tahan terhadap pengaruh cuaca.
Untuk pelaksanaan pembuatan jenis konstruksi ini sangat mudah dan tidak membutuhkan peralatan yang rumit maupun penggunaan alat alat berat.Penggunaan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini adalah untuk kondisi lalu lintas ringan sehingga sangat sesuai untuk pembuatan jaringan jalan di pedesaan. Ada dua jenis sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini yaitu lapis pondasi jalan tanpa penutup Klas 'C' dan Waterbound Macadam. seperti pada desa seputihrahman pada tahun 1995 kondisi jalan pada saat itu sangat memprihatinkan. Saat musim hujan keadaan jalan jadi amblas pada saat dilalui gerobak sapi ataupun kendaraan yang terkadang melintasi jalan tersebut, banyaknya genangan air dan permikaan jalan sudah tidak rata lagi. Sedangkan, pada saat musim kemarau jalan tersebut permukaannya retak atau pecah – pecah dan berdebu yang sangat merugikan kesehatan. Dari kondisi itu desa tersebut mengusulkan perlunya perkerasan jalan di desa. Tapi karena kekurangan dana, jadi jalan tersebut hanya menggunakan system pondasi jalan tanpa lapisan penutup kelas ‘C’. Ada juga daerah yang menggunakan sistim itu seperti di desa pasundan jaya pada tahun 2004, Desa way tuba tahun 2004, Talang kangkung juga pada tahun 2004. desa-desa ini terletak di kabupaten Way Kanan, lampung. Desa – desa ini menggunakan Waterbound Macadam.
BAB III
ANALISA

III .1. Lapisan – lapisan pada Sistim Perkerasan lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan lentur (Flexible Pavement) adalah sistim perkerasan dimana konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan. Tiap-tiap lapisan perkerasan pada umumnya menggunakan bahan maupun persyaratan yang berbeda sesuai dengan fungsinya yaitu, untuk menyebarkan beban roda kenderaan sedemikian rupa sehingga dapat ditahan oleh tanah dasar dalam batas daya dukungnya.
Umumnya bagian-bagian lapisan perkerasan tersebut terdiri dari:
1. Tanah dasar (Subgrade)
2. Lapisan pondasi bawah ( Subbase Course)
3. Lapisan pondasi atas ( Base Course)
4. Lapisan permukaan ( Surface Course)
Adapun tiap-tiap lapisan tersebut diatas dapat digambarkan sbb:

Gambar 2.1. Lapisan-lapisan Pada Perkerasan lentur


a. Lapisan tanah dasar (Subgrade)
Tanah dasar (subgrade) adalah merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan keawetan maupun tebal dari lapisan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar ini. Tanah dasar ini dapat terbentuk dari tanah asli yang dipadatkan (pada daerah galian) ataupun tanah timbun yang dipadatkan (pada daerah urugan). Mengenai persyaratan teknik untuk material tanah sebagai pembentuk tanah dasar ini adalah sebagai berikut:
Bukan tanah Organis Sebaiknya tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi yang diklafisikasikan sebagai A-7-6 dari persyaratan Klafisikasi MSHTO atau sebagai CH dalam sitim klasifikasi unified. Bahan yang mempunyai plastisitas tinggi hanya boleh digunakan pada daerah/lapisan dibawah 80 cm dari tanah dasar ataupun pada bagian dasar dari urugan. Ataupun urugan kembali yang tidak memerlukan daya dukung yang tinggi. Memiliki harga CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari dan dipadatkan 100 % dari kepadatan kering maximum.

Persyaratan kepadatan;
Harus dipadatkan sampai dengan 95 % dari kepadatan kering maximum pada lapisan 30 cm ke bawah dari subgrade (Proctor standard). 30 cm keatas harus dipadatkan 100 % dari kepadatan kering maximum ( Proctor standard ).
Penggunaan tanah sebagai bahan untuk pembuatan jalan umumnya hanya terbatas pada penyiapan badan jalan yaitu untuk membentuk lapisan pendasar (subgrade) pada daerah timbunan ataupun pada daerah yang kondisi tanah aslinya tidak memenuhi spesifikasi sehingga memerlukan penggantian tanah.

b. Lapisan pondasi bawah
Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar. Fungsi dari lapis pondasi bawah ini antara lain yaitu:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda.
2. Mencapai effisiensi penggunaan material yang relatip murah agar lapisanlapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
3. Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapis pondasi.
4. Sebagai lapisan peresapan (drainage blanket sheet) agar air tanah tidak mengumpul dipondasi maupun ditanah dasar.
5. Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat berat atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.
Material yang umum digunakan untuk lapisan pondasi bawah sesuai dengan jenis konstruksinya adalah:
- Batu belah dengan balas pasir (sistim telford)
- Tanah campur semen (soil cement base)
- Aggregat klas B (sistim podasi aggregate)
c. Lapisan pondasi atas
Lapis pondasi atas adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah dan lapisan permukaan. Fungsi dari lapis pondasi atas ini antara lain yaitu:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda.
2. Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah.
3. Memberikan bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan yang akan digunakan untuk lapisan pondasi atas adalah jenis bahan yang cukup kuat. Untuk lapisan pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan nilai CBR > 50 % dan plastisitas Index ( PI ) < 4 %. Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen (soil cement base) dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas. Material yang umum digunakan dilndonesia untuk lapisan pondasi atas sesuai dengan jenis konstruksinya adalah:
- Tanah campur semen (soil cement base)
- Aggregat klas A (sistim podasi aggregate)
- kerikil (Pondasi Macadam)
Tabel 2.1 : Persyaratan lapis pondasi agregat
Sifat Agregat A Agregat B
Abrasi Agregat Kasar
(AASHTO T 96-74) 0 – 40 % 0 – 50 %
Index plastisitas (PI)
(AASHTO T 90-70) 0 – 6 4 – 10
Batas Cair
(AASHTO T 89-68) 0 – 35 -
Bagian yang lunak
(AASHTO T 112-78) 0 – 5 -
CBR (AASHTO T193) 80 min 35 min
Rongga dalam agregat mineral pada kepadatan max 14 min 10 min

Tabel 2.2 : Persyaratan gradasi lapis pondasi agregat
Macam ayakan
( mm ) Persen berat lolos
Agregat kelas A Agregat kelas B
63,0 100 100
37,5 100 67 – 100
19,0 65 – 81 40 – 100
9,5 42 – 60 25 – 80
4,75 27 – 45 16 – 66
2,36 18 – 33 10 – 55
1,18 11 – 25 6 – 45
0,425 6 – 16 3 – 33
0,075 0 – 8 0 – 20

d. Lapis resap pengikat / lapis perekat (prime coat/tackcoat)
Prime coat adalah laburan aspal pada permukaan yang belum beraspal berfungsi untuk memberi ikatan antara permukaan tersebut dengan lapisan perkerasan diatasnya. Sedangkan tackcoat adalah laburan aspal pada permukaan yang sudah beraspal, berfungsi untuk memberi ikatan antara permukaan tsb dengan lapisan perkerasan diatasnya .
 Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan untuk primecoat adalah :
- AC 10 ( penetrasi 80-100 ), AC 20 ( penetrasi 60-70 ) diencerkan dengan minyak tanah 80 PPh ( 80 bagian minyak dengan 100 bagian aspal ) atau disesuaikan kebutuhan dilapangan.
- MC 30 ( aspal cair / Cutback Asphalt)
- Aspal emulsi (1 bagian air: 1 bagian pengemulsi )
 Bahan yang digunakan untuk Tackcoat adalah :
- AC 10 (penetrasi 80-100), AC 20 (penetrasi 60-70) diencerkan dengan minyak tanah 25 sid 30 PPh (25/30 bagian minyak dengan 100 bagian aspal) atau disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan
- Aspal emulsi (1 bagian air: 1 bagian pengemulsi )
Takaran Pemakaian
a. Untuk prime coat
- Untuk lapisan pondasi agregat 0,4 -1,3 l/m2
- Untuk lapisan pondasi tanah semen 0,2 -1,0 l/m2

b. untuk tackcoat
Tabel 2.3: Takaran penggunaan tackcoat
Jenis bahan Permukaan baru, permukaan tua/licin Permukaan tua/lapuk
Cut back 25 pph 0,15 l/m² 0,15 – 0,35 l/m²
Aspal emulsi 0,41 l/m² 0,40 – 1,00 l/m²

c. Suhu Penyemprotan
Tabel 2.4: Persyaratan Suhu Penyemprotan
Jenis Bahan Pengikat Batas Suhu Penyemprotan
Cutback 25 pph 100 +/- 10 ºC
Cutback 50 pph (MC 70) 75 +/- 10 ºC
Cutback 75 pph (MC 30) 45 +/- 10 ºC
Cutback 100 pph 30 +/- 10 ºC

e. Lapisan permukaan
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan terletak paling atas. Lapis permukaan ini berfungsi antara lain:
1. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan gaya lintang dari beban roda kenderaan
2. Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course)
Bahan yang umum digunakan untuk lapis permukaan (surface Course) ini antara lain :
- Aspal campuran panas ( Hot Mix) dengan jenis A TB, A TS8, HRS, HRSS I AC
- Aspal campuran dingin (Cold Mix) dengan jenis Slurry seal,DGEM, OGEM dan Macadam emulsion
- Lapisan Penetrasi Macadam (Lapen)
- Labur Aspal satu lapis (Burtu)
- Labur aspal dua lapis (Burda)
- Laburan Aspal (Buras)
- Lapisan tipis as buton murni (Latasbum)
- Lapisan as buton agregat (Lasbutag)
- Lapisan tipis aspal pasir (Latasir)

III. 2. Pemadatan
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas/memukul/mengolah). Tanah yang dipakai untuk pembuatan tanah dasar pada jalan, tanggul/bendungan , tanahnya harus dipadatkan, hal ini dilakukan untuk memperoleh
- Menaikan kekuatannya.
- Memperkecil daya rembesan airnya.
- Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut.

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepadatan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan adalah sebagai berikut :
a) Tebal lapisan yang dipadatkan.
Untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu makin teballapisan yang akan dipadatkan, maka diperlukan alat pemadat yang makin berat. Untuk mencapai kepadatan tertentu maka pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis bergantung dari jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk tanah lempung tebal lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm.

b) Kadar Air Tanah.
Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan, jika kadar air dinaikkan dengan menambah air, air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara butiran tanah sehingga mudah dipadatkan tetapi bila kadar air terlalu tinggi kepadatannya akan menurun. Jadi untuk memperoleh kepadatan maximum; diperlukan kadar air yang optimum. Untuk mengetahui kadar air optimum dan kepadatan kering maximum diadakan percobaan pemadatan dilaboratorium yang dikenal dengan :
- Standard Proctor Compaction Test; dan
- Modified Compaction Test
-
c) Alat Pemadat
Pemilihan alat pemadat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Pada pelaksanaan dilapangan; tenaga pemadat tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat dan berat alat pemadat itu sendiri. Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macan jenisnya; untuk itu pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan dipadatkan agar tujuan Pemadatan dapat tercapai.

b. Peralatan Pemadat
Macam-macam peralatan yang dipergunakan sehubungan dengan pekerjaan pemadatan lapis pondasi jalan umumnya ada dua jenis yaitu yang dilaksanakan secara mekanik darl manual dimana keduanya diuraikan sbb:

1. Peralatan Mekanik
Jenis peralatan ini digerakkan oleh tenaga mesin sehingga pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih baik. Adapun jenis-jenis peralatan yang umum digunakan antara lain:

a. Penggilas Getar ( Vibration Roller)
Alat pemadat ini mempunyai effesiensi pemadatan yang baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Effek yang diakibatkan oleh penggilas getar ini adalah gaya dinamis terhadap tanah; butir-butir tanah cederung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat diantara butiran-butirannya, sehingga akibat getaran ini tanah menjadi padat dan dengan susunan yang lebih kompak.

b. Penggilas Besi Berpermukaan Halus (Smooth Steel Roller).
Roda pemadat ini adalah silinder baja yang berpermukaan rata (halus). Alat ini cocok digunakan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada tanah pasir/lempung. Penggilasan dengan memakai alat dari type ini tidak dianjurkan untuk pekerjaan yang menginginkan tingkat pemadatan yang tinggi pada lapisan yang tebal.
Adapun macam-macam/type dari alat ini adalah sebagai berikut :

1) Three Wheel Roller.
Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac Adam, karena jenis ini sering dipergunakan dalam usaha-usaha pemadatan material berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3 buah silinder baja, untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini maka roda silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air) ataupun pasir. Pada umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton.

Gambar 3.1. Three Wheeled Roller
2) Tandem Roller
Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat dilakukan dengan menambahkan zat cair.

Gambar 3.2. Tandem Roller

4) Pneumatik Tired Roller ( PTR ).
Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan dari roda muka dan belakang berselang-seling sehingga bagian dari roda yang tidak tergilas oleh roda bagian muka akan tergilas oleh roda bagian belakang. Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban. PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan penggilasan bahan yang granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan pasir.

Gambar 3.3. Pneumatic Tired Roller (PTR)

2. Peralatan Manual
Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga manusia/hewan sehingga pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih lambat dan hasil pemadatan kurang memuaskan tetapi sangat berguna untuk pelaksanaan pemadatan didaerah terpencil/pedesaan dimana sulit untuk mendatangkan peralatan pemadat mekanik karena biaya yang mahal.

Adapun jenis-jenis peralatan yang umum digunakan antara lain:
a. Alat pemadat tangan
Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang diberi tangkai untuk menumbukkan beban
tersebut ke tanah yang akan dipadatkan.

Gambar 3.4 Alat Pemadat Tangan
b. Alat pemadat silinder beton
Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder terbuat dari beton cor. Cara melakukan pemadatannya adalah ditarik dengan hewan seperti kerbau atau lembu dan dapat juga mempergunakan kenderaan bermotor sebagai penariknya.


DITARIK OLEH HEWAN/KENDERAAN
Gambar 3.5 Alat Pemadat Silinder Beton


III.3. Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Klas 'C'
a. Pengertian
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Klas C adalah jenis lapis pondasi yang dipakai sebagai pondasi jalan dimana permukaannya tidak akan ditutup dengan aspal untuk waktu yang relatip lama, jenis pondasi ini dipakai pada ruas-ruas jalan yang volume lalu lintasnya masih rendah sehingga jenis ini sangat sesuai digunakan pada jalan -jalan di pedesaan.


Gambar IV.1. Potongan Melintang dengan Lapis Pondasi Klas C

b. Fungsi
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Klas C ini berfungsi antara lain:
untuk menghindari pengaruh air terhadap permukaan jalan memikul beban lalu lintas
menyebarkan beban roda kelapisan dibawahnya sebagai lapis peresapan


c. Bahan
Bahan yang dipergunakan untuk membuat jenis lapis pondasi ini adalah sbb:
- Kerikil pecah
- Padas pecah
- Kerikil alam bulat
d. Persyaratan Bahan
Persyaratan bahan yang harus dipenuhi supaya hasil pekerjaan memuaskan adalah sbb:
- Bahan harus bebas dari gumpalan lempung (tanah liat)
- Bahan harus betas dari material organik (humus/ tumbuhan membusuk)
- Batas Cair Max 40 %
- Index Plastisitas ( pr ) 6 % sId 20 %
Susunan Gradasi sbb:
Tabel 2.5. Persyaratan Gradasi
No. Ayakan ( mm ) Persen Berat Lolos
# 19,000 100
# 4.750 51 – 74
# 0.425 18 – 36
# 0.075 10 – 22

e. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pembuatan lapis pondasi tanpa penutup klas C dapat diuraikan sbb:
- Tanah dasar/badan jalan dipersiapkan terlebih dahulu yaitu dengan membuang rumput-rumput dan jenis tanah humus yang ada dipermukaan jalan, setelah itu permukaan jalan tersebut diratakan dengan cangkul dan dibentuk dengan memperhatikan kemiringan sehubungan untuk pengaliran air. Apabila permukaan tersebut sudah rata maka dapat dilanjutkan dengan proses pemadatan .
- Bahan lapis pondasi (kerikil/padas) dapat digelarkan/dihamparkan pada tanah dasar/badan jalan apabila permukaanya telah benar-benar padat, rata dan telah terbentuk dengan baik. Tebal lapisan yang dihamparkan kira kira 18 cm. Penghamparan dapat dilakukan dengan pengki sedangkan untuk perataannya dapat dilakukan dengan plat papan perata.
- Apabila bahan lapis pondasi telah selesai dihampar den diratakan serta telah mempunyai nilai ketebalan sesuai dengan yang ditentukan maka pekerjaan pemadatan dapat dilakukan pada bahan tersebut. Yang perlu diperhatikan sewaktu pemadatan adalah penambahan air pada permukaan pondasi sehingga pemadatan dapat dilakukan dengan optimum sehingga hasilnya akan memuaskan.

IV. 3. Water Bound Macadam (Makadam Ikat Basah )
a. Pengertian
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Waterbound Macadam adalah jenis pondasi yang dipakai sebagai pondasi jalan dimana permukaan jalan tersebut tidak akan ditutup dengan aspal untuk waktu yang relatip lama, jenis pondasi ini dipakai pada ruas-ruas jalan yang volume lalu lintasnya masih rendah sehingga jenis ini sangat sesuai digunakan pada jalan-jalan di pedesaan.

Gambar IV.2. Potongan Melintang Jalan dengan lapis Water Bound Macadam
b. Fungsi
Lapis pondasi jalan tanpa penutup Waterbound Macadam ini berfungsi antara lain:
untuk menghindari pengaruh air terhadap permukaan jalan memikul beban lalu lintas
menyebarkan beban roda kelapisan dibawahnya sebagai lapis peresapan
c. Bahan
Bahan yang dipergunakan untuk membuat jenis lapis pondasi ini adalahsbb:
- Kerikil pecah
- Batu pecah
- pasir
d. Persyaratan Bahan
Persyaratan bahan yang harus dipenuhi supaya hasil pekerjaan memuaskan adalah sbb:
Bahan harus bebas dari gumpalan lempung (tanah liat)
Bahan harus be bas dari material organik (humus/tumbuhan membusuk)
- Nilai Abrasi Maksimum 40 %
- Indek Plastis 4% sId 12 %
- Batas Cair Maksimum 35 %
- Susunan Gradasi
A. Agregat kasar
Tabel 4.2. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar
No. Ayakan ( mm ) Persen Berat Lolos
# 75 mm 100
# 63 mm 95 – 100
# 50 mm 35 – 70
# 35.5 mm 0 – 15
# 25 mm 0 – 5

B. Agregat Halus
Tabel 4.3. Persyaratan Gradasi Agregat Halus
No. Ayakan ( mm) Persen Berat Lolos
# 9.5 mm 100
# 4,75 mm 70 – 95
# 2 mm 45 – 65
# 1 mm 33 – 60
# 0.425 mm 22 – 45
# 0.075 mm 10 – 28


e. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pembuatan lapis pondasi tanpa penutup Waterbound acadam dapat diuraikan sbb:
- Tanah dasar/badan jalan dipersiapkan terlebih dahulu yaitu dengan membuang rumput-rumput dan jenis tanah humus yang ada dipermukaan jalan, setelah itu permukaan jalan tersebut diratakan dengan cangkul dan dibentuk dengan memperhatikan kemiringan sehubungan untuk pengaliran air. Apabila permukaan tersebut sudah rata maka dapat dilanjutkan dengan proses pemadatan.
- Bahan agregat kasar (kerikil pecah I batu pecah) dapat digelarkan/dihamparkan pada tanah dasar/badan jalan apabila permukaanya telah benar-benar padat, rata dan telah terbentuk dengan baik. Tebal lapisan yang dihamparkan kira kira7 s/d 10 cm. Penghamparan dapat dilakukan dengan pengki. Apabila bahan agregat kasar telah selesai dihampar dan diratakan serta telah mempunyai nilai ketebalan sesuai dengan yang ditentukan maka pekerjaan pemadatan dapat dilakukan.
- Bahan agregat halus (pasir) dapat digelarkan/dihamparkan diatas lapisan agregat kasar yang telah selesai dipadatkan. Tebal lapisan yang dihamparkan kira-kira 5 s/d 7 cm. Penghamparan dapat dilakukan dengan pengki. Apabila bahan agregat halus telah selesai dihampar maka dilakukan penyiraman air sehingga material agregat halus tersebut akan masuk ke celah-celah agregat kasar kemudian sambil dipadatkan.

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari uraian mengenai pemakaian Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup tersebut diatas dapat disimpulkan sbb:
1. Bahan konsrtuksi untuk lapisan penutup/lapisan permukaan yang umum dikenal adalah Aspal Beton campuran dingin (Cold Mix), Aspal Beton campuran panas (hot mix), Penetrasi Makadam, lapisan tipis aspal pasir (latasir) As Buton dll.
2. Sistim pondasi jalan tanpa penutup adalah merupakan sistim konstruksi perkerasan jalan yang tidak menggunakan lapisan penutup seperti diatas tetapi hanya menggunakan agregat (kerikil/pasir) pada lapisan permukaanya, direncanakan sedemikian rupa dengan memperhitungkan ketebalan dan sistim pengaliran airnya sehingga konstruksi ini akan mampu memikul beban serta tahan terhadap pengaruh cuaca
3. Biaya untuk pembangunan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup cukup murah bila dibandingkan bila menggunakan lapis penutup seperti aspal beton dll hanya saja tidak dapat memikul lalu lintas berat sehingga sangat sesuai untuk digunakan pada pembuatan jalan dipedesaan.

SARAN - SARAN
1. Untuk lapisan tanah dasar, tanah tersebut Bukan tanah Organis Sebaiknya tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi yang diklafisikasikan sebagai A-7-6 dari persyaratan Klafisikasi MSHTO atau sebagai CH dalam sitim klasifikasi unified serta Memiliki harga CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari dan dipadatkan 100 % dari kepadatan kering maximum.
2. Bahan yang akan digunakan untuk lapisan pondasi atas adalah jenis bahan yang cukup kuat.
3. Penggunaan sistim lapis pondasi jalan tanpa penutup ini dianjurkan untuk kondisi lalu lintas ringan, sehingga penggunaan sistim ini adalah merupakan suatu altematif pilihan untuk pembanguanan jalan dengan biaya murah tetapi relative tahan terhadap cuaca sehingga sangat sesuai untuk pembuatan jaringan jalan di pedesaan

DAFTAR PUSTAKA

1. " Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan Jalan “, Ditjen Bina Marga.
2. "Mix Design Method For Asphalt Concrete and Other Hotmix Type", Asphallnstitute College Park, Maryland.ss
3. " Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( LASTON )", Ditjen Bina Marga.
4. " Bitumenous Material in Road Construction" , Departement of scientific and Industrial research, Road Research Laboratory, London, 1962
5. " Spesifikasi Umum", Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga
6. Yoder, E.J And Witczak, MW " Principles Of Pavement Design ", A Willey Interscience Publication, Newyork-Chichester-brisbane- Toronto, 1975.
7. Soedarsono, D.U "Konstruksi Jalan Raya" , Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1979.s
8. WWW.GOOGLE. COM/Perkerasan Jalan
Read More..

You must here

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting